Jakarta – Memperingati Hari Buruh Internasional atau yang dikenal dengan istilah May Day menarik perhatian dan pandangan dari Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher.
Ia menyebut kebijakan pemerintah dalam menetapkan May Day yang diperingati setiap 1 Mei sebagai hari libur merupakan bentuk apresiasi bagi kaum buruh.
Namun tak cukup sampai di situ, Netty berharap pemerintah memberikan ruang yang luas bagi para buruh untuk menyampaikan aspirasi di hari besar mereka.
Baca juga: Braga Free Vehicle, Upaya Tonjolkan Jalan Braga yang Ikonik
“Pemerintah harus memberi ruang dan kesempatan luas pada kaum pekerja yang ingin memanfaatkan momen tersebut,” kata Netty, Rabu (1/5/2024).
Melalui keterangan persnya, politisi PKS itu juga menyampaikan pandangannya jika kaum buruh telah memberikan kontribusi pada pembangunan bangsa di berbagai sektor.
Maka penetapan hari libur di May Day menurutnya cukup pantas diberikan kepada buru sebagai bentuk apresiasi pemerintah.
Baca juga: Lima Keputusan Kontroversi Wasit Dianggap Rugikan Timnas Indonesia U23
Ia juga menyarankan agar pemerintah membiarkan para buruh menjadikan May Day sebagai panggung demokrasi milik mereka dalam menyuarakan aspirasi.
Sementara pihak aparat keamanan kata Netty, tinggal memberikan pengawalan demi kelancaran dan keamanan kegiatan yang dilaksanakan buruh di hari mereka.
Pandangan lain yang disampaikan politisi asal Jawa Barat itu tak lain adalah soal kesejahteraan kaum buruh. Menurutnya, kondisi mereka saat ini masih memprihatinkan.
Baca juga: Laga Sarat Kontroversi VAR, Timnas Indonesia U23 Kalah dari Uzbekistan
“Mayoritas pekerja di Indonesia masih jauh dari sejahtera,” ujarnya.
Pendapatan yang dihasilkan mereka katanya belum mampu memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat.
Ia bahkan menyebut jaminan keselamatan kerja yang mereka dapatkan masih tak sebanding dengan resiko pekerjaan yang ada dihadapan mereka.
Baca juga: Musnahkan Jutaan Rokok Ilegal, Dicky Saromi: Sebagai Upaya Pengawalan Pendapatan Negara
Kepada pemerintah, Netty juga mendesak agar memperhatikan dan mendengarkan aspirasi buruh dengan bertindak sebagai pengayom yang memiliki rasa empati.
“Jangan sampai pekerja merasa pemerintah hanya berdiri di sisi pengusaha dan abai terhadap para mereka,” tandasnya.***(Heryana)