Mengasuh Anak Zaman Now: Komunikasi yang Relevan dan Tidak Menggurui

Pendidikan185 Dilihat

“Anak sekarang tuh kalau dinasihati malah ngelirik HP, bukannya dengerin. Hare-hare we mainin hape!” Pernah dengar keluhan seperti itu? Atau malah pernah merasakannya sendiri?

Yup, mengasuh anak zaman now memang penuh tantangan. Mereka bukan cuma beda cara ngomong, tapi juga beda cara berpikir. Mereka lahir dan tumbuh dalam era digital yang serba cepat, visual, dan penuh distraksi.

Maka wajar kalau cara pendekatan yang dulu berhasil ke kita, sekarang malah dianggap “jadul”.

Baca juga: AI dalam Pendidikan: Peluang atau Ancaman?

Tapi bukan berarti kita nggak bisa nyambung dengan mereka. Kuncinya adalah mengubah cara komunikasi, bukan sekadar menambah volume suara.

1. Jangan Langsung Ceramah, Coba Mulai dengan Pertanyaan

Kalau dulu kita terbiasa dinasihati, anak zaman sekarang cenderung lebih nyaman diajak ngobrol dua arah. Mereka terbiasa bertanya dan mencari jawaban lewat internet, jadi ketika kita memberi tahu sesuatu, mereka juga ingin tahu “kenapa”.

Contoh:
– “Kamu jangan main HP terus, nanti matanya rusak!”
– “Kalau kamu main HP terus, kamu merasa matamu capek nggak? Biasanya terasa di bagian mana?”

Anak yang merasa dihargai akan lebih terbuka untuk diajak diskusi.

Baca juga: Mendidik Anak dari Kekuatan, Bukan Ketakutan

2. Gunakan Bahasa Visual dan Contoh Nyata

Anak-anak zaman now hidup dalam dunia gambar bergerak. YouTube, TikTok, Reels—semua visual, cepat, dan menyenangkan. Jadi wajar kalau mereka kurang tertarik dengan omongan panjang lebar tanpa visualisasi.

Misalnya:
– Daripada menasihati soal pentingnya kerja keras, tunjukkan video perjuangan idola mereka.
– Ajak mereka bikin konten bareng tentang kegiatan produktif.

Visual bukan cuma gaya hidup mereka. Itu bahasa mereka.

Baca juga: Selalu Jadi Andalan, Persib Bandung Ucapkan Perpisahan untuk Sang Predator David da Silva

3. Validasi Emosi Mereka (Jangan Langsung Menilai)

Seringkali kita ingin langsung memberikan solusi, padahal anak cuma ingin didengar.

Contoh:
– “Ah, gitu aja baper!”
– “Wah, pasti nggak enak banget ya rasanya. Kamu kesel banget tadi?”

Dalam komunikasi, penerimaan mendahului pengaruh.

4. Bangun Relasi, Bukan Sekadar Reaksi

Kalau kita hanya muncul saat anak salah atau bikin masalah, mereka akan menutup diri. Tapi kalau kita konsisten membangun kedekatan, komunikasi akan mengalir lebih alami.

Baca juga: Lakukan Transaksi Fiktif dengan Cek Kosong Miliaran Rupiah, Dirut BUMD KBB Dicokok Polisi

Caranya? Jadilah bagian dari dunia mereka. Tonton film bareng, ngobrol soal game atau tren, atau sekadar duduk menemani mereka belajar.

5. Jadi Teman Tumbuh, Bukan Hakim Kehidupan

Anak zaman now butuh pendamping yang bisa menuntun tanpa menggurui. Mereka tidak anti-nasihat, tapi anti-dihakimi.

Saat kita bisa menjadi teman diskusi yang asyik, terbuka, dan tetap memberi batasan dengan bijak, mereka justru akan lebih respek.

Baca juga: Jadi Tuan Rumah MTQH Tingkat Jawa Barat, Begini Seluruh Persiapan Kabupaten Bandung

Mengasuh anak hari ini menuntut kita untuk terus belajar. Bukan soal tahu segalanya, tapi soal mau terus menyesuaikan diri dengan dunia mereka.

Karena komunikasi bukan soal siapa yang paling benar, tapi siapa yang paling mengerti cara menyampaikan kebenaran dengan penuh empati.

Dan percayalah, anak zaman sekarang akan lebih mendengar orang dewasa yang memilih jadi teman bertumbuh, bukan penceramah abadi.

Baca juga: Wamen Ossy Dermawan Sebut Perencanaan Tata Ruang Jadi Faktor Paling Penting Pembangunan Infrastruktur

Tentang Penulis:

Kang BePe adalah praktisi Talents Mapping, news anchor radio, dan pemerhati komunikasi keluarga. Ia aktif menyuarakan pentingnya pendekatan edukatif yang humanis dan relevan di era digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *