Hadiri Peringatan KAA, Ceu Popong: Kita Bangga Bandung Mendunia, Tapi Resikonya Juga Berat

Nasional505 Dilihat

Kota Bandung – Peristiwa Konferensi Asia Aftika (KAA) tahun 1955 menjadi momentum bangkitnya perdamaian dunia. Pasca pertemuan sejumlah perwakilan negara-negara di benua Asia dan Afrika tersebut, satu persatu negara mendeklarasikan kemerdekaannya. Maka wajar jika KAA menjadi goresan sejarah yang begitu istimewa bagi lebih dari 100 negara di dunia.

Pada 2023 ini, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melalui Museum KAA melaksanakan sejumlah kegiatan dalam memperingati ke-68 tahun KAA. Hadir salah satu tokoh nasional, Ceu Popong, diantara tamu undangan istimewa Jamuan Teh Petang yang diselenggarakan di Savoy Homan, Bandung, Senin (18/4/2023) lalu.

Dalam sebuah wawancara bersama Warta Pajajaran usai acara tersebut, Ceu Popong menyampaikan sejumlah pesan untuk kaum muda dan masyarakat yang lahir dan hidup di jaman setelah peristiwa KAA.

“Orang Bandung harus bersujud syukur kepada Yang Maha Kuasa, dengan peristiwa KAA nama kota Bandung dikenal di seluruh dunia,” ujarnya.

Ia pun menceritakan pengalamannya ketika dirinya bersama sejumlah anggota DPR RI memperkenalkan diri dalam sebuah kegiatan di luar negeri. Dalam. Kesempatan itu, tokoh Sunda tersebut membuktikan jika Bandung sangat dikenal dunia internasional.

“Jaman Ceu Popong jadi anggota DPR, keliling luar negeri. Ketika memperkenalkan diri dari Bandung, ternyata responnya luar biasa, mereka mengenal banget, beda dengan teman-teman dari kota lain,” ungkap politisi perempuan asal Bandung itu.

Pengalaman tersebut baginya melahirkan rasa bangga yang sangat besar. Namun, dibalik nama besar Bandung yang mendunia kata Ceu Popong, tersimpan tantangan yang juga cukup besar.

“Kita kan bangga, berarti Bandung sudah mendunia, tapi dengan catatan resikonya juga berat. Kalau kita kemana-mana kemudian ada something wrong, terus orang nanya dari mana, kan jadi rusak kota Bandung. Maka, siapapun orang Bandung harus jaga nama baik Bandung jangan sampai cacat,” tandasnya.

Dilanjutkannya, menjaga nama baik Bandung bukan perkara mudah. Namun dengan segala pesona dan potensi di dalamnya, Bandung akan membuat siapapun bangga berada didalamnya. Ia pun sempat menyampaikan kekecewaannya terhadap kejadian yang menimpa Walikota Bandung beberapa waktu lalu.

“Itu gampang-gampang susah, contoh sekarang Walikota Bandung malah menggunakan rompi oranye. Aduh, kan rusak Bandung. Tapi itu pelajaran bagi kita, kalau kita mencintai Bandung, maka di manapun kita berada pertahankan nama baik kota bandung. Siapa sih yang tidak betah tinggal di Bandung, hampir semua suku bangsa ada di Bandung. Tapi, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung,” sambung mantan anggota DPR RI tersebut.

Sejarah KAA baginya telah mengangkat nama Bandung ke kancah internasional, bahkan kondisi yang demikian ingin ia pertahankan dan dirasakan oleh generasi berikutnya. Untuk itu Ceu Popong berharap agar peristiwa sejarah KAA tidak putus hingga ke generasi mendatang.

“Pertama, guru-guru sampai Perguruan tinggi harus selalu singgung peristiwa KAA, jangan dianggap tidak ada. Ini untuk menumbuhkan kebanggaan kepada siswa bahwa Bandung ada keistimewaan. Sampai di Uzbekistan ada jalan namanya “Bandung”. Apalagi negara-negara Afrika sangat berterima kasih kepada warga Bandung dan Indonesia, karena peristiwa KAA maka mereka merasa dibebaskan dari penjajahan,” terangnya.

Seolah tak ingin sejarah meredup, maka saat menjadi anggota Dewan, Ceu Popong mengaku sering dengan lantang menyuarakan agar bangsa ini tidak melupakan sejarah.

“Pengalaman atau sejarah adalah guru yang paling baik. Waktu saya jadi anggota Dewan saya sampai gedor-gedor meja agar sejarah jangan sampai dilupakan. Anak-anak memang tidak salah, karena kalau mereka tidak diberi tahu maka tidak akan tahu,” imbuhnya.

Sesuai dengan komisi tempat ia bertugas di DPR dahulu, inohong (tokoh) Sunda ini selalu mengamanatkan tiga lingkungan pendidikan, yakni pendidikan di keluarga, pendidikan formal di sekolah, dan pendidikan di lingkungan masyarakat. Ketiganya menurut Ceu Popong perlu menerapkan sejarah.

Pada akhir percakapan, Ceu Popong menyampaikan pesan kepada para pemangku kepentingan di Bandung. Ia berharap para petinggi dan pejabat di Bandung dapat membangun perilaku dan komunikasi yang baik, sehingga dapat meninggalkan legacy ketika berhenti menjabat.

Saya suka bilang kepada siapapun yang sedang menjabat, jadi pejabat itu tidak akan seumur hidup, paling lama juga sepuluh tahun kalau dua periode. Sepuluh tahun akan menentukan Bagaimana kalau sudah berhenti menjadi pejabat. Waktu sepuluh tahun itu tidak lama, respon masyarakat kepadanya tergantung dari apa yang dilakukan selama menjabat,” tuturnya.

Hubungan dan komunikasi yang baik dari seorang pemimpin kepada masyarakat menurutnya, dapat dilakukan tidak selalu berupa pemberian materi.

“Banyak contoh karena tidak memelihara komunikasi dan hubungan emosional yang baik, maka lalat pun tak mau datang, itu peribahasanya. Karena selama menjabat tidak mau memelihara hubungan emosional yang baik dengan rakyat, akhirnya merasa kesepian, tak ada yang mau mengunjunginya. Hubungan baik itu tak harus selalu memberi uang,” pungkasnya.

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *