Masih Tertinggi di Jawa Barat, Ini Penyebab Pengangguran di Kota Cimahi

Bandung Raya1305 Dilihat

Kota Cimahi – Penurunan angka pengangguran di Kota Cimahi yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) teryata tak membuat Kota Cimahi turun dari posisi tertinggi di Jawa Barat.

Pada 2023, BPS mencatat adanya penurunan angka pengangguran terbuka di Kota Cimahi sebesar 0,25 persen dibanding tahun sebelumnya .

Secara terperinci, data tersebut menunjukan angka pengangguran sebesar 13,07 persen paa 2021, kemudian 10,077 persen pada 2022, dan 10,52 persen pada 2023.

Baca juga: Memprihatinkan, Sampah di Jalan Nanjung-Soreang Makin Menumpuk dan Berbau

Dikatakan Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kota Cimahi Asep Jayadi, angka pengangguran terbuka Kota Cimahi masih yang tertinggi di Jawa Barat.

“Tahun 2023 angka pengangguran terbuka di Kota Cimahi 10,52 persen atau 33.192 orang. Informasinya, jadi yang tertinggi di Jawa Barat,” ungkap Asep, Selasa (23/1/2024).

Sejumlah faktor penyebab pengangguran juga diuraikan Asep. Diantaranya, akibat tingginya jumlah tenaga kerja yang tak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan.

Baca juga: Ketua KNPI Bandung Barat Pertanyakan Istilah “Penumpang Gelap” Ucapan Penjabat Bupati

Penyebab lainnya kata Asep, adalah minimnya keterampilan, penggunaan teknologi pengganti tenaga manusia, serta resesi ekonomi dunia.

Sebagai contoh, ia menceritakan bagaimana PT Chitose menggunakan teknologi yang membuat berkurangnya penggunaan tenaga manusia dari semula 10 orang menjadi tiga orang.

Sementara itu, resesi ekonomi global memberi pengaruh pada menurunnya permintaan (order) produk tekstil atau garmen dari sejumlah industri di Kota Cimahi.

Baca juga: Kalah 1-3 dari Jepang, Begini Syarat Timnas Indonesia Lolos Fase Gugur Piala Asia 2023

“Dampaknya, order jadi terbatas dan memengaruhi jam kerja. Misal, biasanya seminggu kerja 6 hari, jadi 3 hari, bahkan ada yang sampai merumahkan pekerjanya,”kata Asep.

Berkurangnya order kata Asep, diperparah dengan membanjirnya barang impor ilegal akibat perdagangan bebas.

Yang tak luput dari perhatianya adalah adanya ketidakselarasan antara kompetensi yang diajarkan di sekolah kejuruan dengan industri yang ada.

Baca juga: Pojok UMKM: Mengintip Gurihnya Bisnis Abon Ikan Lele Dua Sejoli

Pernyataannya tersebut ia ungkapkan berdasarkan hasil analisa yang dilakukan pihaknya bersama akademisi.

Dari 24 SMK yang ada di Kota Cimahi, 22 diantaranya memiliki program studi berbasis teknologi informasi, sisanya tata boga dan tata busana.

Hal tersebut sangat tidak selaras dengan keberadaan industri di Kota Cimahi yang mayoritas bergerak di bidang garmen dan tekstil.***

Baca juga: Dari Drakor Hingga Serunya Bisnis Kuliner Khas Korea Selatan

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *