Bandung – Pendidikan abad ke-21 menuntut pendekatan yang lebih personal dan berbasis kekuatan individu. Salah satu pendekatan yang saat ini berkembang pesat dalam konteks pengembangan potensi peserta didik adalah Talents Mapping.
Pendekatan Talents Mapping dalam dunia pendidikan tak hanya membantu siswa mengenali kecenderungan alaminya, tetapi juga memberikan arah pembinaan yang sesuai dengan kekuatan unik masing-masing individu.
Talents Mapping adalah proses pemetaan kekuatan alami seseorang yang dilakukan dengan mengidentifikasi tema bakat yang dominan dalam dirinya.
Baca juga: Polres Cimahi Amankan 89 Terduga Pelaku Aksi Premanisme
Basis bakat yang dikembangkan oleh Ir. Rama Royani melalui Talents Mapping adalah pendekatan CliftonStrengths dari Gallup, yang mengidentifikasi 34 tema bakat yang kemudian terbagi ke dalam empat domain: Thinking, Relating, Influencing, dan Striving (Rath, 2007).
Melalui asesmen dan refleksi aktivitas produktif, seseorang dapat mengetahui area kekuatan yang paling memberi energi dan potensi tertinggi untuk berkembang.
Setelah memahami terminologi dari Talents Mapping sesuai dengan penjelasan tadi, kemudian muncul pertanyaan “Mengapa Perlu Dikenalkan Sejak Dini?”.
Baca juga: DPRD Setuju APBD Ringankan Biaya Pendidikan Warga Cimahi
Penelitian menunjukkan bahwa pengenalan kekuatan sejak dini dapat meningkatkan kepercayaan diri, keterlibatan siswa dalam belajar, dan motivasi intrinsik (Louis, 2011).
Ketika siswa diberi ruang untuk mengenali dan mengembangkan kekuatan alaminya, mereka cenderung lebih fokus, lebih mudah berprestasi, dan memiliki kejelasan arah pengembangan diri.
Dalam konteks pendidikan dasar, pengenalan bakat dapat membantu guru dan orang tua menyusun strategi pembelajaran yang sesuai gaya belajar siswa, serta meminimalisasi tekanan akibat perbandingan antar siswa.
Baca juga: Tahun Depan Pemkot Cimahi Gratiskan Uang Pangkal Sekolah Swasta Siswa Kurang Mampu
Aplikasi Talents Mapping di Sekolah
Sekolah dapat mengintegrasikan Talents Mapping melalui asesmen sederhana berbasis observasi aktivitas, refleksi minat, dan pengisian kuisioner bakat.
Di beberapa lembaga pendidikan, asesmen ST-30 (Strength Typology 30) telah digunakan sebagai pendekatan awal untuk memetakan kecenderungan potensi siswa.
Selain itu, Talents Mapping juga dapat dimanfaatkan dalam layanan bimbingan konseling, pengembangan ekstrakurikuler, hingga penentuan jalur peminatan.
Baca juga: Tinjau Lokasi Longsor Cibogo Lembang, Wabup Bandung Barat: Dugaan Kuat Akibat Tanahnya Labil
Dengan demikian, jelas bahwa Talents Mappng sangat relevan diterapkan di sekolah. Hanya saja, dalam penerapannya bukan tanpa tantangan, terutama terkait adanya keterbatasan guru serta minimnya asesmen yang terstandar.
Namun, dibalik tantangan selalu ada sebuah peluang. Demikian halnya dengan peluang yang sangat terbuka lebar dalam Talents Mapping, seiring dengan berkembangnya teknologi asesmen online.
Tak hanya itu, peluang juga semakin terbuka luas seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan berbasis kekuatan.
Baca juga: Sambut Kunjungan Menkop RI, Wali Kota Ngatiyana Sebut Koperasi Merah Putih Didukung Pemerintah
Kemitraan dengan lembaga pengembang Talents Mapping juga bisa menjadi langkah strategis untuk mendorong integrasi pendekatan ini dalam sistem pendidikan nasional.
Di akhir pembahasan terkait Talents Mapping, penulis ingin menyampaikan sebuah kesimpulan, bahwa mengenalkan bakat siswa sejak dini melalui Talents Mapping bukan sekadar tren.
Lebih dari itu, pengenalan Talents Mapping sejak dini juga merupakan strategi penting untuk mempersiapkan generasi masa depan yang percaya diri, adaptif, dan unggul sesuai kekuatannya masing-masing.
Baca juga: Dihadapan Kementerian Pertanian, Bupati Bandung Luncurkan Lima Produk Pertanian Unggulan
Dengan dukungan sekolah, guru, dan orang tua, pendekatan ini dapat menjadi fondasi bagi pendidikan yang lebih manusiawi dan berorientasi pada potensi.***
Penulis: Bambang Purnama, S.Pd., CHA. ( Talents Mapping Profesional)
