Harta adalah anugerah, tetapi juga ujian. Dalam kehidupan, banyak orang berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan tanpa memperhatikan hak orang lain.
Mereka menumpuk harta seolah-olah itu akan menjadi pelindung abadi, tanpa menyadari bahwa kekayaan yang tidak dibagikan justru bisa menjadi penyebab kehancuran.
Sejarah mencatat kisah-kisah orang kaya yang angkuh, seperti Qarun, yang hartanya tak mampu menyelamatkannya dari murka Tuhan.
Sementara itu, Islam mengajarkan bahwa kekayaan sejati bukanlah yang disimpan, melainkan yang bermanfaat bagi orang lain.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya”.
Menumpuk harta tanpa peduli pada sesama bukan hanya menimbulkan kesenjangan sosial, tetapi juga bisa mengeraskan hati. Kekayaan yang seharusnya menjadi sarana untuk berbagi malah menjadikan seseorang lupa diri.
Di dunia, ia mungkin tampak berjaya, tetapi di akhirat, ia bisa menjadi orang yang merugi.
Ramadhan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga bulan kepedulian sosial. Di bulan suci ini, umat Islam diajarkan untuk menahan lapar dan haus, agar merasakan penderitaan mereka yang kekurangan.
Namun, betapa mirisnya jika seseorang tetap menumpuk harta tanpa peduli pada sesama, padahal Ramadhan adalah momen terbaik untuk berbagi.
Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an:
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34).
Ayat ini memberikan ancaman keras kepada orang-orang yang menumpuk emas dan perak tanpa menafkahkannya di jalan Allah. Kata “يَكْنِزُونَ” (yaknizūn) berasal dari kanz, yang berarti menyimpan harta tanpa mengeluarkan zakat atau menggunakannya untuk kebaikan.
Dalam Tafsir Al-Muyassar, dijelaskan bahwa harta yang ditimbun dan tidak digunakan untuk membantu sesama atau diinfakkan dalam kebaikan akan menjadi sumber siksa bagi pemiliknya di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang yang memiliki emas dan perak lalu tidak menunaikan haknya (zakat), kecuali pada hari kiamat, kepingan emas dan perak itu akan dipanaskan dalam neraka Jahannam, lalu disetrika di dahi, lambung, dan punggungnya. Setiap kali dingin, dipanaskan kembali. Begitulah selama lima puluh ribu tahun, hingga Allah menyelesaikan keputusan-Nya di antara hamba-hamba-Nya”, (HR. Muslim, no. 987).
Hadis ini mengandung peringatan keras bagi orang-orang yang memiliki harta berupa emas dan perak tetapi enggan menunaikan haknya, yaitu zakat.
Rasulullah SAW menggambarkan hukuman berat di akhirat bagi mereka yang menumpuk harta tanpa berbagi kepada yang membutuhkan. Berikut adalah penjelasannya secara rinci:
1. Kewajiban Mengeluarkan Hak Harta (Zakat)
Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menyebutkan “tidak menunaikan haknya”, yang berarti zakat. Dalam Islam, zakat adalah kewajiban bagi orang yang memiliki harta mencapai nishab (batas minimal harta yang wajib dizakati) dan telah berlalu satu tahun (haul).
2. Bentuk Azab yang Mengerikan
Hadis ini menyebutkan bahwa emas dan perak yang tidak dizakati akan dipanaskan dalam neraka Jahannam, kemudian disetrikakan ke dahi, lambung, dan punggung pemiliknya.
Kenapa bagian tubuh ini yang diazab?
Menurut para ulama, bagian tubuh ini melambangkan kesombongan dan kelalaian terhadap zakat:
Dahi (wajah) melambangkan kebanggaan dan kesombongan terhadap harta, lambung (perut) merupakan simbol dari kerakusan dan kesenangan pribadi tanpa peduli orang lain, sedangkan punggung melambangkan orang yang berpaling dan tidak peduli terhadap kewajiban zakat.
Azab ini tidak hanya terjadi sekali, tetapi diulang terus-menerus selama 50.000 tahun, sebagaimana disebutkan dalam hadis.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Harta yang dizakati tidak akan berkurang”. (HR. Muslim, no. 2588).
Artinya, menunaikan zakat tidak akan membuat seseorang miskin, justru menjadi jalan keberkahan dan keselamatan dari azab Allah.
3. Hukuman Dunia vs Hukuman Akhirat
Dalam Islam, seseorang yang tidak menunaikan zakat bisa mendapatkan hukuman di dunia dan akhirat:
Di dunia, harta yang tidak dizakati bisa menjadi tidak berkah, cepat habis, dan menimbulkan malapetaka seperti kebangkrutan, penyakit, atau kesulitan hidup.
Sedangkan di akhirat, harta yang tidak dizakati akan berubah menjadi siksa di neraka dalam bentuk setrika panas yang membakar tubuh.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barang siapa diberi harta oleh Allah tetapi tidak mengeluarkan zakatnya, maka hartanya akan berubah menjadi ular besar yang botak (karena sangat beracun), memiliki dua titik hitam di atas matanya.
Ular itu akan melilitnya pada hari kiamat, lalu menggigit kedua rahangnya dan berkata ‘Aku adalah hartamu, aku adalah simpananmu!”, (HR. Bukhari, no. 1403).
4. Pelajaran yang Bisa Diambil
– Jangan menimbun harta tanpa berbagi, karena harta adalah amanah Allah.
– Zakat adalah cara untuk membersihkan harta dan melindungi diri dari azab Allah.
– Berbagi dengan sesama tidak mengurangi harta, justru melipatgandakan berkahnya.
– Orang yang tidak menunaikan zakat akan menghadapi azab berat di akhirat.
Tausiyah ini dipersembahan oleh: