Diskusi Olah Hati: Milenial dan Gen Z Pahami Perbedaan Stres dan Gangguan Kesehatan Mental

Bandung Raya984 Dilihat

Kota Cimahi – Kondisi perkembangan dunia yang menuntut serba cepat membuat tingkat stres masyarakat cenderug meninggi.

Stres dalam jangka waktu yang lama dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan mental. Kondisi demikian rentan terjadi pada generasi Z (gen Z) dan mileial.

Hal tersebut diungkapkan dokter Rina Adeline Sumantri, saat mengisi acara Diskusi Olah Hati bertajuk “We Are Powerfull”, di Kota Cimahi, Senin (15/1/2023).

Menurut Rina, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa membedakan antara stres dengan gangguan kesehatan mental.

Baca juga: Status Tanggap Darurat bencana, Dari Perlindungan Bagi Kelompok Rentan Hingga Distribusi Bantuan

“Stres kalau dalam jangka pendek itu bagus untuk merespon dan belajar mengatasinya. Tapi kalau dalam jangka waktu yang panjang, itu bahaya karena bisa memicu gangguan kesehatan mental,” jelasnya.

Gen Z yang dianggap rentan mengalami gangguan kesehatan mental kata Rina sebaiknya memahami perbedaan kondisi gangguan mental dengan stres.

Kehadirannya dalam acara tersebut ia harapkan dapat memberikan masukan kepada mereka untuk bisa mengatasinya, karea setiap orang tak mungkin bisa lari dari stres.

“Apapun akan ada stresnya, tetapi bagaimana mereka bisa mengetasi stres itu agar tetap menjadi pribadi atau generasi yang masih mempunyai nilai positif,” imbuhhnya.

Baca juga: Laksanakan Perintah Presiden, Kepala BNPB Tinjau Banjir Dayeuhkolot

Tantangan yang begitu tinggi dihadapi generasi saat ini kata Rina, membuat mereka rentan terhadap gangguan kesehatan mental.

Bahkan disebutnya, milenal dan gen Z merupakan generasi yang kurang beruntung dalam menerima kondisi dunia.

“Banyak sekali mereka menerima tantangan, maka ketahanan mereka cenderung rendah. Salah satunya karena pandemi muncul saat mereka mulai tumbuh,” jelanya lagi.

Dengan adanya pandemi, mereka tak lagi berinteraksi langsung dengan sebayanya, tak juga berbagi cerita, padahal itu merupakan saat-saat menyenangkan bagi mereka.

Baca juga: Sekolah Dijadikan Posko Kesehatan Banjir, Proses Belajar Mengajar SMPN 1 Dayeuhkolot Belum Normal

Di sisi lain, mereka juga dihantu kekhawatiran dengan penyakitnya sendiri. Belum lagi kata Rina, arus teknologi yang begitu deras menambah tantangan mereka.

“Termasuk mereka memikirkan kalau sekolah di sini apakah nanti akan mendapat pekerjaan yang baik tidak, itu banyak yang bertanya di akun medsos saya,” ungkapnya.

Gangguan kesehatan mental kata Rina sebenarnya bukan persoalan baru. Hanya saja, ketahanan mental manusi dahulu lebih baik dari saat ini.

Perbedaan tersebut dipengaruhi banyak hal, termasuk yang diuraikan Rina sebelumnya terkait tantangan yang dihadapi milenial saat ini.

Baca juga: Berani Pakai Knalpot Brong? Begini Resiko Yang Harus Dilakukan Saat Ditertibkan

Rina juga mengungkapkan sebuah data yang menyebutkan jika terdapat 4-8 persen milenial dan Gen Z yang mengalami gangguan kesehatan mental.

Angka tersebut menurutnya cukup besar karena jumlah gen Z saat ini ada sekira 52 persen dari total jumlah manusia.

“Yang ingin saya sampaikan hari ini adalah bahwa anak-anak tidak bisa klaim dirinya sendiri mengalami ganggan mental,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan mekanisme bagi anak-anak muda sebelum klaim diri menderita gangguan kesehatan mental.

Beberapa kegiatan bisa dilakukan seperti mencari bantuan dokter, psikiater. Atau dimulai dengan mekanisme awal seperti berteman atau berinteraksi sosial.

Baca juga: Saat Drummer Cilik Se-Indonesia Unjuk Talenta di Absolute Drumfest 2024

Diskusi Olah Hati dengan tema “We Are Powerfull” dihadiri sejumlah siswa setingkat SMA serta puluhan mahasiswa***(Heryana)

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *