Kota Bandung – Ada hal menarik dari talkshow Pojok UMKM Wara Pajajaran edisi Rahyang Beans yang dipandu Danny Valentino. Yakni kisah pengusaha kopi asal Kabupaten Bandung Burhan Achmad.
Owner Rahyang Beans itu bercerita mulai dari awal dirinya menjadi petani kopi hingga produknya beredar ke negeri Paman Sam Amerika Serikat.
Burhan mengaku tak pernah berencana akan meniti usaha agribisnis kopi yang belakangan menjadi booming seiring dengan bergesernya minum kopi menjadi sebuah lifestyle baru masyarakat.
awalnya Burhan merupakan seorang pegawai di industri kedirgantaraan di Bandung, Jawa Barat, yang sekarang dikenal dengan nama PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
“Sebelum masuk ke dunia kopi, saya aktif di industri dirgantara. Dari mulai PT Nurtanio sampai IPTN. Saya aktif sampai 1998 dimana saat tu terjadi peristiwa yang seluruh Indonesia pasti sudah tahu,” ungkap Burhan.
Sejak saat itulah dirinya resign dan berpindah ke industri lainnya. Hingga pada 2009 Burhan memutuskan pulang kampung ke Pangalengan, Kabupaten Bandung.
“Karena Pangalengan itu wilayah pertanian, jadi saya berpikir disitu harus hidup di dunia pertanian,” sambungnya.
Ternyata dari situlah Burhan memulai pekerjaan barunya menjadi petani kopi yang diawali dengan membuka beberapa hektar lahan Perhutani.
Dipilihnya kopi untuk ditanam di lahan tersebut dengan tujuan untuk mempertahankan keutuhan hutan (forestasi).
“Ya, tujuannya saat itu hanya untuk forestasi saja, mempertahankan hutan supaya tetap utuh. Kalaupun ada hasil keuntungan dari kopi itu kami anggap bonus saja,” ujarnya.
Buah kopi yang dihasilkan Burhan dan kawan-kawannya kala itu masih dijual dalam betuk buahnya dengan istilah chery (buah kopi yang masih utuh).
Terlebih kopi belum se-booming seperti sekarang. Bahkan diakui Burhan, literasi terkait kopi juga disebutnya masih terbatas, sehingga belum memahami secara mendalam terkait pengolahan kopi.
“Pada 2016, kopi mulai ramai dari harga chery yang hanya Rp2-3 ribu menjadi Rp6-7 ribu. Ditambah mulai bermunculan literasi seputar pengolahan kopi pasca panen,” lanjut Burhan.
Seiring waktu berjalan, Rahyang Beans akhirnya berkembang setelah Burhan bertemu dengan seseorang yang berasal dari Seattle, Amerika Serikat.
Usaha pun ia kembangkan, dari sebelumnya hanya sebagai petani kopi saja, kini Burhan menjual kopi setelah ia olah melalui serangkaian proses pasca panen
Namun bukan tanpa tantangan, usaha Burhan untuk menjual kopi masih menemukan sejumlah kendala. Diantaranya kendala permodalan disaat ia mendapat order dalam jumlah yang lebih besar.
Kendala lainnya kata Burhan adalah seluruh kegiatan usahanya itu masih dilakukan sendiri karena keterbatasan modal untuk membayar para pekerja.
Padahal aktivitas usahanya tersebut sebenarnya memiliki potensi pemberdayaan masyarakat yang cukup lumayan.
“Kalau soal modal sampai sekarang masih swadaya, belum ada bank yang percaya,” ujar Burhan berseloroh.
Namun siapa sangka jika produk Rahyang Beans sendiri sudah melanglang buana ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan sudah ekspor hingga Amerika.
“Didalam negeri memang tidak sebanyak yang kami ekspor,karena sudah banyak kawan-kawan yang bergerak di usaha yang sama” pungkasnya.
Perlahan tapi pasti, Rahyang Beans semakin dikenal konsumen dari berbagai penjuru. permintaan pun kata Burhan saat ini semakin meninggi.
Jika ingin mempercepat dan meningkatkan kapasitas produksi demi pemenuhan permintaan tersebut, diriya masih harus berinvestasi lebih tinggi.
Namun yang pasti, peluang usaha dibidang kopi masih sangat terbuka luas, seiring permintaan atas komoditas unggulan Jawa Barat itu yang juga meningkat tajam.***(Hery)