Sekolah Dewi Sartika Menjadi Sekolah Perempuan Pertama di Indonesia

Bandung Raya1556 Dilihat

Kota Bandung – Sekolah Dewi Sartika, di Jalan Keutamaan Istri, No. 12, Kelurahan Balong Gede, Kecamatan Regol, merupakan sekolah bersejarah di Kota Bandung. Sekolah berikut merupakan sekolah pertama wanita di Indonesia.

Sekolah yang awalnya bernama Sakola Istri yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika, terhadap 16 Januari 1904, di Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung.

Setahun berikutnya, 1905, Dewi Sartika membangun gedung sekolah di tempat yang kini dikenal SD dan SMP Dewi Sartika.

Dikutip dari sejumlah sumber, terhadap kala berdirinya sekolah itu hanya memiliki dua ruangan untuk belajar.

Muridnya berjumlah dua puluh orang, bersama dengan tiga orang tenaga, yaitu Raden Dewi Sartika, Ibu Purma, dan Ibu Uwit.

Kurikulum yang diberikan di sekolah pimpinan Raden Dewi Sartika itu disesuaikan bersama dengan kurikulum Sekolah Kelas Dua (Tweede Klasse Inlandsche School) milik pemerintah, tetapi dilengkapi bersama dengan mata pelajaran keterampilan, layaknya memasak, mencuci, menyetrika, membatik, menjahit, menisik, merenda dan menyulam, yang tersedia hubungannya bersama dengan kepentingan rumah tangga.

Selain itu diajarkan pula pelajaran agama, kesehatan, bahasa melayu dan bahasa belanda. Pelajaran-pelajaran berikut tidak hanya diberikan secara teori, tetapi diberikan juga dalam wujud praktik.

Sampai sekarang SD dan SMP Dewi Sartika senantiasa melakukan sistem studi mengajarnya di gedung bersejarah itu.

Ketika Humas Kota Bandung berkunjung, Senin 21 November 2022 tersedia puluhan pelajar SD dan SMP Dewi Sartika antusias ikuti pelajaran di ruangan sejuk bersama dengan langit-langit tinggi dan jendela ram kawat

Ada satu kelas yang masih menjaga meja kursi yang serupa layaknya dulu. Kelas berikut juga dihiasi bermacam foto yang menunjukan kejayaan sekolah berikut terhadap tempo dulu.

“Ini ruangan legenda, mulai dari kursinya kita masih pertahankan yang lama. Kami hanya memugar sedikit saja, sisanya masih sama,” kata Kepala Sekolah SMP Dewi Sartika, Sri Rostinah sembari menunjukan kelas bersejarah tersebut.

SMP Dewi Sartika kala ini memiliki 142 siswa terdiri dari 81 siswi dan 63 siswa. Sedangkan SD sebanyak 52 siswa.

Sekolah Dewi Sartika kala ini senantiasa menjaga pendidikan khusus bagi pelajar perempuan. Materi keputrian masih diajarkan, layaknya menjahit, memasak, dan mengakibatkan product kerajinan.

“Tadinya ekskul, sekarang dimasukan menjadi mata pelajaran. Walaupun hanya satu jam ya, mereka diajarkan untuk menjahit, mengakibatkan kerajinan. Siswa juga turut pelajaran tersebut,” ujarnya.

Bangunan utama bersifat kelas-kelas bersama dengan jendela ram kawat ini tak boleh diubah.

SD dan SMP Dewi Sartika adalah bangunan Cagar Budaya yang dilindungi undang-undang dan Perda Kota Bandung nomer 7 tahun 2018 berkenaan Pengelolaan Cagar Budaya.

Nama sekolah berkali-kali berganti. Awal berdiri bernama Sakola Istri, lalu terhadap tahun 1910 diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri.

Tahun 1929 diubah menjadi Sakola Raden Dewi. Tahun 1951 nama sekolah berubah menjadi Sekolah Guru Bawah, Sekolah Kepandaian Puteri (1961), Sekolah Kejuruan Kepandaian Puteri (1963), dan kala ini menjadi SD dan SMP Dewi Sartika.

Sri berharap, Sekolah Dewi Sartika senantiasa eksis tak lekang ditelan zaman.

“Mudah-mudahan sekolah ini senantiasa maju, siswanya semakin banyak dan juga mendapat perhatian dari pemerintah maupun pihak lainnya. Sekolah ini bersejarah, menjadi harus kita lestarikan,” ungkapnya.***(amd).

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *