Ketika Akulturasi Budaya Lokal dan Tionghoa Terjadi di Perayaan Cap Go Meh Kabupaten Bandung

Bandung Raya614 Dilihat

Kabupaten Bandung – Perayaan Cap Go Meh mencuri perhatian masyarakat yang sengaja melintas atau memang sengaja untuk menyaksikan langsung acara di sepanjang jalanan di Kompleks Taman Kopo Indah (TKI).

Perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di Kelenteng Tridharma Amal Bhakti, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Jumat (14/2/2025) itu, dirangkaikan dengan kirab budaya.

Antusiasme masyarakat yang begitu tinggi untuk menyaksikan perayaan Cap Go Meh di lokasi, memadati sejumlah ruas jalan di kompleks TKI. Mereka tak mau ketinggalan melihat aksi barongsai dan tarian naga.

Baca juga: Sigap, Tim Si Jalak Presisi Polresta Bandung Kawal Pasien Kanker Menuju Rumah Sakit

Di iringi musik khas dari negeri Tiongkok, para peserta kirab budaya tampak begitu lincah dan bersemangat. Aksi mereka yang memukau membuat penonton berdecak kagum.

Kepada wartawan, Penasihat Penyelenggaraan Kirab Budaya Perayaan Cap Go Meh 2576/2025, Andreas Sutanto mengatakan, toleransi dan budaya menjadi tema yang diusung dalam acara penutup perayaan Imlek kali ini.

“Tema acara hari ini adlaah arah toleransi dan budaya. Maka kami mengadakan kirab budaya, yang merupakan akulturasi budaya Tionghoa dan budaya setempat yang sudah turun temurun,” jelasnya.

Baca juga: Pelunasan Biaya Haji Dibuka, Ini Besaran yang Dibayar Jemaah Haji 1446 Hijriyah

Pihaknya memandang seluruh rangkaian acara sangat penting bagi upaya mempererat hubungan antar warga negara Indonesia dalam keberagaman. Hal tersebut terbukti dari banyaknya pengunjung dari beragam suku, agama, dan kebudayaan.

Tamu kami banyak dari Kota Bandung, bahkan lebih jauh lagi dari Taiwan ada sekiar 100 orang perwakilan. Juga melibatkan semua orang dari berbagai suku dan agama, bersatu padu disini mengikatkan diri dalamkebersamaan,” imbuhnya.

Sejumlah pertunjukan membuat kirab budaya semakin semarak. Selan pertunjukan budaya Tionghoa seperti Barongsai dan tarian liong (naga), juga terdapat tarian tradisional Sunda.

Baca juga: Insiden Mati Lampu Sempat Hentikan Laga Seru Persik Kediri vs Persis Solo

Ketua Pelaksana Perayaan Cap Go Meh, Hartono menuturkan, pertunjukan kebudayaan setempat menjadi bagian yang membuat acara semakin menarik dan bermakna.

Kemeriahan kirab budaya dalam rangkaian perayaan Cap Go Meh yang diselenggarakan Kelenteng Tridharma Amal Bhakti.

“Tarian dari kesenian Sunda juga turut hadir dan ikut pawai dengan menempuh perjalanan lima kilometer. Peserta total bisa mencapai 1000 orang,” ujarnya.

Hartono juga sempat membeberkan makna sebuah ritual masyarakat Tionghoa dengan nama “Gotong Tapekong”. Menurutnya, ritual tersebut memiliki makna yang berkaitan degan turunnya Dewa dan Para leluuhur ke bumi.

Baca juga: Menhub Dudy Pastikan Penyelenggaraan Transportasi Publik Bersubsidi Jadi Fokus di Tengah Efisiensi

Saat Gotong Tapekong yang dilaksanakan pada hari ke-15 setelah Imlek itu, masyarakat Tioghoa percaya bahwa Dewa dan para leluhur turun untuk mendenganr semua permohonan dan doa.

“Ini merupakan acara khas yang sudah berlangsung turun temurun, baik dari negeri Tiongkok sampai ke beberapa negara,” jelasnya.

Selain semarak dan meriah, perayaan Cap Go Meh di Kelenteng Tridharma Amal Bhakti berlangsung kondusif. Hal itu kata Hartono karena mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banadung, hinga aparat kewilayahan di Kecamatan Margaasih.***(Raka/Kontributor)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *