Begini Update Kasus DBD Kabupaten Bandung, Tetap Waspada!

Bandung Raya336 Dilihat

Kabupaten Bandung – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dr. Yuli Irnawati Mosjasari menyampaikan update informasi terkait perkembangan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Siklus peningkatan kasus DBD yang biasanya terjadi setiap tiga tahun itu kata Yuli, kini terjadi lebih cepat, bahkan belum genap dua tahun.

“Kali ini baru tahun kedua sudah terjadi pengkatan kasus,” ungkapnya.

Baca juga: Ribuan Jemaah Calon Haji Asal Kabupaten Bandung Ikuti Bimbingan Manasik

Peningkatan kasus kata Yuli, terjadi pada periode Januari hingga Maret 2024, dengan puncak peningkatan kasus pada Februari 2024.

Namun dari catatatannya, kasus mengalami penurunan sejak Maret menuju April dengan jumlah yang cukup signifkan.

“Untuk angka, pada Januari ke Maret mencapai 300 kasus, sekarang di April ada 84 kasus,” ungkapnya.

Baca juga: Piala Asia U23, Indonesia Cetak Sejarah Lolos ke Babak Delapan Besar

Ia mengklaim penurunan angka kasus DBD di daerahnya mengalami penurunan setelah pemerintah bersama masyarakat bekerja sama dalam memberantas penyebab DBD.

Yang dilakukan pihaknya seperti memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait pentingnya menggalakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Tujuan paling utama dalam berbagai strategi dan kegiatan tersebut kata Yuli, adalah memutus mata rantai penyebaran nyamuk aedes aegypti.

Baca juga: Tekad Pemkot Cimahi Selesaikan Sampah di Hulu, Minimalisasi Pengiriman ke Sarimukti

“Alhamdulillah kami pantau terus, ketika ada masuk pasien DBD langsung melalui puskemas dilakukan surveilence wilayah sekitar,” imbuhnya.

Kegiatan surveilence ditindaklanjuti dengan pemberian larvasida dan fogging sebagai upaya memberantas sarang nyamuk sejak dari rumah masing-masing warga.

Sementara itu, berdasarkan data yang dimilikinya, penderita DBD merupakan warga berusia antara 5-25 tahun dengan penyebab dominan dari ruang publik.

Baca juga: Pelaku Pengeroyokan di Cicalengka Akhirya Ditangkap Polisi

“Karena nyamuk DBD mengigitnya di siang hari seperti di sekolah, di Pasar, dan ruang publik lainnya,” jelasnya.

Yang perlu dicermati masyarakat dari DBD sendiri kata Yuli, adalah gejala yang terjadi pada penderitanya berbeda dengan dahulu.

Jika dulu gejalanya identik dengan panas demam tinggi dan bintik merah pada kulit, saat ini terkadang hanya berupa panas badan biasa.

Baca juga: Pilu! Ditinggal Berkebun, Dua Rumah Didapati Ludes Terbakar

“Sekarang terkadang gejalanya hanya seperti panas badan biasa, sementara masyarakat belum menyadari bahwa itu gejala DBD,” ucapnya.

Disebutkan Yuli, saat ini pihaknya telah menyediakan alat pemeriksaan dini DBD yang disebut dengan NS1.

Alat tersebut dapat mendeteksi keberadaan visrus dengue pada terduga penderita secara lebih cepat tanpa harus menunggu gejala spesifik.***(bs)

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *