Kota Bandung – Akulturasi budaya di tanah air bukan hal baru yang hanya dibahas akhir-akhir ini. Namun menjadi lebih menarikketika hal tersebut dibahas dalam sebuah forum lintas ras, agama dan lainnya.
Seperti yang diskusi yang diselenggarakan Bandung Ngariung pada Rabu (7/2/2024) malam, di D’Botanica Mall.
Hadir dalam acara tersebut narasumber Ketua Ikatan Tionghoa Indonesia (INTI) Bandung Fam Kiun Fat yang membedah sejarah dan budaya Tionghoa di Indonesia.
Baca juga: Pemkot Bandung Segera Pastikan Estetika Kota Tanpa Kabel di Udara
Narasumber lain adalah tokoh muda Kota Bandung Edwin Burhanudin yang mempertebal soal akulturasi budaya di Indonesia yang telah terjadi sejak lama.
“Contoh seperti nama makanan, istilah kegiatan keseharian merupakan akulurasi budaya yang memang sudah terjadi sejak dulu. Jadi, rasanya tak perlu lagi dipermasalahkan,” kata Edwin.
Baca juga: Kampanye Akbar PKB, Gus Imin: Pagi Dilantik, Sore Kita Panggil yang Menangani Pupuk
Pria yang saat ini mencalonkan diri untuk DPRD Kota Bandung dari Partai Gerindra itu bahkan menyebut, Indonesia akan tertinggal jauh jika masih berkutat pada pembahasan perbedaan.
“Ketika negara lain sudah memikirkan teknologi tingkat tinggi, sementara kita masih mengurusi soal perbedaan yang ada, tentu kita sangat jauh ketinggalan,” kata Edwin.
Menurutnya, perbedaan yang ada hendaknya menjadi sebuah berkah untuk mempersatukan. Terlebih Indonesia sudah memiliki falsafah Bhineka Tunggal Ika.
Baca juga: Kapolres Cimahi Utamakan Penempatan Personel Pengamanan Pemilu Sesuai Domisili
“Dalam agama saya bahkan diajarkan bahwa Allah menciptakan kita berbeda-beda agar saling mengenal,” kata Edwin.
Namun Edwin juga tak menampik jika perbedaan kadang menjadi lebih dipertajam di wilayah perkotaan, dibanding di perdesaan.
Salah satu faktor penyebabnya kata Edwin, adalah perkembangan teknologi yang memengaruhi kehidupan. Di kota, perbedaan dibahas dalam berbagai ruang, termasuk ruang digital.
Baca juga: Sespim Lemdiklat Polri Hadirkan Raffi Ahmad dalam Dialog Kebangsaan
Sementara masyarakat perdesaan yang masih minim teknologi tampak lebih tenang dan tak mempermasalahkan perbedaan yang terjadi di lingkungannya.
Pernyataan Edwin Burhanudin tersebut selaras dengan contoh pengalaman yang diceritakan seorang audiens, dimana ia lahir dari lingkungan perdesaan yang memang tidak pernah mempermasalahkan perbedaan.
Diskusi yang diselenggarakan Bandung Ngariung saat itu bertema “Budaya Tionghoa Anak Kandung Budaya Nusantara”.
Baca juga: Potongan Kaca Ditangan Pasangan Suami Istri Ini Jadi Barang Mewah
Menurut inisiator Bandung Ngariung Martin, tema tersebut diangkat sesuai dengan perayaan Imlek yang akan segera berlangsung.***(Heryana)