Masjid Al Jabbar, Ahmad Heryawan Harap Masyarakat Tak Hanya Kagum Kemegahannya Semata

Jawa Barat490 Dilihat

Kota Bandung – Salah seorang pencetus pembangunan Masjid Raya Al Jabbar adalah Ahmad Heryawan, atau yang akrab disapa Kang Aher. Meski diakuinya belum sempat melihat secara langsung masjid tersebut, namun ia yakin tak jauh dari bayangan dan harapannya saat ia membuat perencanaan pembangunannya.

“Kalau saat ini masyarakat kagum dan takjub dengan Masjid Al Jabbar, itu sudah saya bayangkan sejak awal perencanaan. Saat itu saya masih jadi Gubernur melihat maket bahkan sampai visual yang tampil dalam komputer, dan itu luar biasa memang. Desain ini saya rasa satu-satunya di dunia, belum ada desain seperti itu,” ujarnya, Minggu (1/1/2023).

Gubernur Jabar Periode 2008 – 2018 tersebut mengatakan, mulanya terpikirkan untuk membangun Masjid Raya Al Jabbar di Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Namun Ridwan Kamil yang kala itu menjabat sebagai Walikota Bandung, mengusulkan agar pembangunan masjid dilaksanakan di kawasan Gedebage dengan sejumlah alasan dan pertimbangan.

“Awalnya dalam pikiran kami waktu itu adalah Ngamprah, namun saat itu ada usulan dari Kang Emil agar dibangun ditempat yang sekarang. Alasannya supaya sekaligus menjadi tempat parkir air dengan kolam retensi, tempat rekreasi juga, dan alasan lainnya. Akhirnya kita berkolaborasi, kami dari provinsi yang merencanakan, dan Kang Emil yang membuat desain,” ungkap Kang Aher.

Kang Aher juga mengaku dirinya tergerak membangun sebuah masjid yang besar dan megah setelah melihat pembangunan stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Menurutnya, harus ada penyeimbang antara urusan duniawi dan keagamaan. Di satu sisi, ia juga ingin menciptakan sebuah legacy selama dirinya memimpin Jawa Barat.

“Saya sering berseloroh waktu itu, khawatir ditanya sama Allah, mengapa membangun stadion begitu besar dan megah. Meskipun secara kepemilikan, GBLA milik kota Bandung, tetapi tiga per empat biaya pembangunannya dari provinsi saat itu. Nah disitu saya merasa perlu lakukan pengembangan dengan membangun masjid. Presiden Soekarno juga awalnya membangun masjid Istiqlal dulu ya, kemudian Gelora Senayan, Gedung DPR, Monas, dan lainnya,” imbuhnya.

Alasan lainnya kata Kang Aher adalah memfasilitasi para supporter Persib untuk dapat beribadah di masjid yang letaknya tidak jauh dari stadion GBLA.

“Ya, kalau Persib main di GBLA, nanti Bobotoh pecinta Persib bisa sholat di sana, tinggal ngagidig (berjalan kaki). Kapasitas Masjid Raya Al Jabbar bisa menampung hingga 60 ribu orang, jelasnya.

Diakuinya, dalam susunan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Raya Al Jabbar dirinya terlibat sebagai dewan pembina. Menurutnya hal itu dapat membuat Kang Aher tidak hanya terlibat dalam perencanaan saja, akan tetapi juga pada upaya pemakmuran Masjid Raya Al Jabbar itu sendiri.

“InsyaAllah mulai minggu depan saya juga menjadi Dewan Pembina DKM Masjid Raya Al Jabbar. Alhamdulillah berarti saya tidak hanya menjadi pencetus pembangunannya saja, tapi juga dilibatkan dalam memakmurkan Masjid ini,” akunya.

Ia berharap, masyarakat tak hanya takjub karena kemegahannya saja, akan tetapi dapat turut berpartisipasi secara bersama-sama memakmurkan Masjid Raya Al Jabbar.

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prastyani Heryawan menyampaikan pandangannya terkait Masjid Raya Al Jabbar. Menurutnya, Masjid tidak hanya memiliki fungsi sebagai tempat ibadah, ia berharap ada fungsi lain yang dapat dioptimalkan di masjid.

“Yang pertama, masjid sebagai tempat peribadatan. Yang kedua, saya berharap disitu juga bisa dilakukan transformasi spiritual dan karakter, sehingga dari sana bisa terpancar dari karakter dan sikap masyarakat yang berdaya saing, tidak hanya diukur dari indikator fisik. Hari ini banyak yang bisa dilakukan di masjid, mulai dari keguyuban, dan membangun mentalitas yang tangguh juga,” ujar Netty.***(amd).

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *