Wisata Qur’an Syaamil Jadi Destinasi Berlibur Belajar Adab

Bandung Raya784 Dilihat

Kota Bandung – Wisata rohani tak hanya semata-mata datang ke makam-makam para leluhur atau wali. Berkunjung ke percetakan pun sanggup jadi wisata rohani.

Terletak di Jalan Babakan Sari No.71 Kiaracondong Kota Bandung, percetakan besar bernama Syaamil sanggup jadi bagian destinasi berlibur di akhir 2022 ini.

Sudah 25 th. Syaamil mencetak Qur’an dan buku Islami. Padahal mulanya hanya bermula berasal dari garasi rumah.

Bukan sembarang percetakan, di Syaamil para wisatawan sanggup belajar layaknya apa adab pada ilmu. Syaamil merupakan percetakan Qur’an dan buku-buku Islami.

Menurut Corporate Communication Director Syaamil, M Kh. Rachman Ridhatullah, perihal yang membedakan percetakan Syaamil dengan lainnya adalah berasal dari bahan baku hingga adab di dalam mencetak.

“Kita menentukan bahan baku halal. Kertasnya halal. Bahan baku cetak lain layaknya tinta, lem, dan kuas itu terhindar berasal dari bahan haram,” mengetahui Rachman.

Lalu, ke-2 adalah adab di dalam mencetak. Dipercetakan lain kebanyakan memperlakukan mushaf layaknya percetakan buku biasa. Di Syaamil, seluruh karyawan percetakan mesti berada di dalam suasana berwudhu.

“Juga menjaga pakaian, gunakan yang sepantasnya. Lalu, pas kami memasang hasil cetakan tidak boleh segera menyentuh lantai. Tapi mesti diberi ganjalan kayu,” paparnya.

Bahkan, pas memperlakukan barang reject atau gagal pun, mesti dengan adab.

“Kita daur ulang lagi, namun selamanya jgn hingga menyentuh lantai cecerannya,” ujarnya.

Tak hanya itu, di percetakan Syaamil terkandung satu akuarium berisi ikan yang di letakkan di daerah pembuangan limbah. Gunanya untuk mengecek apakah bahan limbah yang dibuang masih safe atau tidak.

“Kalau limbah itu mencemari air dan ikannya jadi mati, berarti tersedia yang tidak benar berasal dari proses kami menentukan dan gunakan bahan baku. Namun, sejauh ini alhamdulillah ikannya masih selamanya hidup,” ungkapnya.

Dalam sehari, percetakan Syaamil sanggup menghasilkan 9.000 eksemplar Qur’an. Proses yang dilakukan memadai panjang.

Mulai berasal dari pengecekan desain, proses cetak, lipat, penyusunan lembaran mushaf, penjahitan, pengeleman, jilid atau cover, memasang batas pita, proses embos, casing in, dan paling akhir quality control out going.

“Sebagian besar pekerja di sini merupakan warga Kiaracondong. Kami sebetulnya mendambakan memberdayakan masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Ia berharap, meski teknologi sudah berkembang bahkan zamannya sudah serba digital, Qur’an cetak selamanya mempunyai segmen khusus.

“Kami ingin melalui mushaf cetak ini sanggup mendatangkan keberkahan gara-gara proses pembuatannya mencermati adab dan syariat yang sesuai,” harapnya.***(amd).

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *