Kota Bandung – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bagi sebagian orang tidak menjadi pematah semangat untuk bangkit dan tetap berkarya. Hal tersebut yang dialami Asep ‘Bucrak ‘Kurnia (47), warga RW 04 Kelurahan Pasir Impun, Kecamatan Mandalajati, Kota Bandung.
Kejadian PHK yang menimpa dirinya, menjadikan Asep memiliki banyak waktu mengekspresikan Kecintaannya terhadap seni budaya tradisional Sunda, yakni menjadi perajin kendang.
Kendang merupakan salah satu alat musik utama tradisional yang biasa digunakan dalam mengiringi musik sunda seperti tari jaipong, degung, pertunjukkan wayang golek, pencak silat, dan sejumlah seni musik tradisional Sunda lainnya.
Kayu gelondongan sebagai bahan utama membuat kendang diolah Asep sedemikian rupa dengan alat sederhana yang dimilikinya. Dengan keterampilan yang didasari cinta, ia berhasil menyulap kayu tersebut menjadi kendang yang lebih bernilai.
“Awalnya saya waktu itu di-PHK dari pabrik, saya juga awalnya servis kendang saja, lama-kelamaan saya bikin kendang sendiri,” ujar Asep, Rabu (14/12/2022).
Mengawali karirnya sebagai perajin kendang pada 2007 lalu, Asep mengerjakan seluruh proses pembuatan kendang sendirian. Ketelitian dan kesabaran rupanya menjadi kunci keberhasilan Asep memproduksi kendangyang berkualitas.
Kayu Nangka lokal Jawa Barat dikatakan Asep menjadi bahan dasar pembuatan kendang. Selain itu, bahan yang digunakan adalah kulit kerbau yang menurutnya menghasilkan suara yang enak didengar
“Kolaborasi kayu pohon nangka dan kulit kerbau menghasilkan suara jauh lebih bagus,” katanya.
Perjuangan dan kerja keras Asep nyatanya membuahkan hasil, jika sebelumnya ia kerjakan sendiri, kali ini Asep dibantu seorang pekerja. Dalam sebuan ia mengaku mampu memproduksi tiga hingga empat set kendang. Karena untuk membuat satu set kendang kata Asep, memerlukan waktu hingga 7-10 hari.
Satu set kendang untuk pencak silat terdiri dari dua kendang indung (ukuran besar) dan empat kulanter (kendang ukuran kecil). Sedangkan kendangg untuk jaipong, dalam satu setnya terdiri dari satu indung dan dua kulanter.
Kendang produksi Asep ternyata telah terjual ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga luar negeri seperti Belanda dan Prancis. Peminatnya adalah merupakan kalangan musisi gamelan Sunda, rombongan pemusik wayang Golek, dan para pelestari tradisi lainnya.
“Kendang buatan kita penjualannya sudah sampai ke Belanda dan Perancis . Ada yang pesan untuk dibawa kesana,” katanya.
Asep menuturkan, untuk setiap satu set kendang buatannya dibanderol dengan harga antara tuga hingga lima juta rupiah. Bahkan Kata Asep, kendangnya buatannya sempat terjual hingga Rp 20 juta per set.
“Ada pesanan buat ke luar negeri, harganya itu tembus Rp 20 juta per set,” ujarnya.
Untuk mendongkrak penjualan karyanya, kendang buatan Asep kini mulai dijual melalui media sosial instagram dengan nama akun @bucrak_production_ serta facebook Pengrajin Kendang.
“Saya berharap generasi muda sekarang banyak yang suka dengan kesenian daerah, ini demi kemajuan dan meningkatkan kecintaan kita terhadap budaya Sunda,” pungkasnya.***(amd).