Kisah Inspiratif Perajin Sepatu Cibaduyut Bangkit dengan Memamfaatkan Digitalisasi

Bandung Raya683 Dilihat

Kota Bandung – Berbicara mengenai fesyen, Kota Bandung memiliki kawasan yang jadi surganya sepatu lokal, yakni Cibaduyut.

Cibaduyut telah sejak lama dikenal sebagai sentra industri sepatu lokal terbesar sekaligus tertua di Kota Bandung. Di sana, banyak aktifitas perdagangan pembuatan sepatu yang dikelola oleh penduduk di sana.

Tengah pekan ini, media berkesempatan singgah ke kawasan Sentra Sepatu Cibaduyut menemui Dindin Kurniadi (41) tidak benar satu perajin sepatu kulit yang ada di Cibaduyut.

Ia telah belasan tahun lamanya berkecimpung di pembuatan sepatu kulit. Usaha pembuatan sepatu kulit ini di mulai Dindin sejak 2007 silam. Ia merupakan generasi ke-2 meneruskan usaha orang tuanya.

Dindin mengatakan, bagian stimulus ia terjun jadi perajin sepatu adalah untuk merawat kualitas mengolah sepatu di Cibaduyut.

“Dulu kan sempat kondang ya sepatu Cibaduyut tuh ‘Bogis’ Rabu membeli Kamis rusak. Ini kan jadi imej yang memprihatinkan dunia alas kaki di Cibaduyut. Ini jadi stimulus saya bagaimana caranya citra sepatu Cibaduyut ini bisa terangkat kembali. Kita menghendaki jaga kualitasnya,” ujarnya.

Ia bercerita kala masa kejayaannya ia bisa membawa dampak ribuan pakai sepatu per Minggu bersama dengan jumlah pekerja meraih 35 orang.

Sepatu yang ia buatnya telah dipasarkan lebih ke semua lokasi di Indonesia baik mancanegara.

Namun bisnisnya bukan tanpa kendala, pendemi membawa dampak usaha sempat berhenti dan nyaris gulung tikar.

“Sejak 2014 kesini makin menurun, puncak turunnya di 2020 itu tepat pandemi,” ujarnya.

Sejak dua tahun terseok-seok akibat pandemi, kini perlahan industri sepatu di Cibaduyut jadi bangkit perlahan.

Dindin menyatakan kala ini para perajin mendapatkan pendampingan penuh dari Pemkot Bandung untuk jadi memasarkan produknya memalui pemasaran online, pelatihan dan diikutkan dalam beraneka pameran.

“Ini respon yang terlampau baik dari pemerintahan lewat kelurahan, kami bisa pendampingan dari Pemkot Bandung yang begitu total. Pada momen itu mencoba lagi dan tepat sekali didampingi oleh pihak pemerintah agar peluangnya lebih terbuka,” katanya.

Pemasaran online, lanjut Dindin, kini jadi sarana yang efektif mendongkrak penjualan sepatunya.

“Dari 2019 sampai saat ini ini pemasaran online ini sangat memberikan dampak efektif ya. Kita telah siapkan toko toko di marketplace. Dulu pembeli saya 100 persen offline, kala pandemi semua menurun. Nah yang menghidupkan saat ini adalah penjualan online,” ujar Dindin.

Untuk merawat para pelanggannya, Dindin terus merawat dan menaikkan kualitas produksinya. Ia pun berani menyatakan bahwa kualitas produk sepatu Cibaduyut tidak kalah bagus bersama dengan product impor atau di dalam negeri.

Dindin berharap, adanya pelatihan yang konsisten untuk peningkatan SDM dan mendorong regenerasi perajin sepatu di Cibaduyut.

“Karena minat orang untuk jadi Perajin sepatu jadi berkurang. Saya gatau 20-30 tahun kedepan masih ada tukang sepatu. Solusinya dengan adanya pelatihan yang berkesinambungan, ini untuk merawat sentra sepatu Cibaduyut justru makin maju,” katanya.

Disamping itu, Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Kelurahan Cibaduyut, Ina Herlina mengaku telah melaksanakan beberapa langkah agar para pengrajin menaikkan pemasaran dan produksinya.

Kelurahan Cibaduyut telah bekerja mirip bersama dengan satu kampus dan perusahaan e-commerce. Sebanyak 22 perajin dilibatkan dalam program tersebut. Mereka diinginkan bisa bertransformasi ke digital.

“Kita telah melaksanakan 9 kali pelatihan berkelanjutan. Para perajin kami bawa untuk pakai pemasaran online agar makin luas jangkauannya,” ujar Ina.

“Kemarin yang kami latih itu juga yang anak-anak mudanya,” imbuhnya.

Ina menuturkan, tantangan lainnya yakni tak banyak perajin di Cibaduyut yang memiliki merk sendiri. Tak sedikit perajin yang mengolah untuk perusahaan besar.

Ina mengatakan, kala ini di Kelurahan Cibaduyut terdapat 195 perajin. Sementara, keseluruhan perajin di Kecamatan Bojongloa Kidul meraih lebih dari 600 perajin.

Ina mengaku kala ini beraneka program terus digulirkan dalam usaha untuk memotivasi perajin agar bisa membawa dampak product sendiri.

Bekerjasama bersama dengan kampus pihaknya melaksanakan pelatihan pemasaran, membawa dampak konten, edit foto dan lainnya.

“Ini kami melaksanakan untuk membawa dampak anak-anak muda di Cibaduyut untuk rela melanjutkan mengolah sepatu. Kendalanya dulu mereka jadi sukar memasarkannya. Dengan program ini diharapkan mereka bisa memiliki brand,” kata Ina.

Ina menjelaskan, kala ini mengolah sepatu di Cibaduyut jadi bangkit kembali bersama dengan pemasaran online yang kini digencarkan.

“Alhamdulillah, ada peningkatan. Ada yang bertambah karyawan,” ucap Ina.

Untuk terus menaikkan pamor sentra sepatu Cibaduyut, Pemkot Bandung menggelar Festival Sentra Cibaduyut di Ciwalk sejak tanggal 8 sampai 13 November lalu.

“Festival ini dalam rangka menaikkan merk sepatu Cibaduyut. Dengan adanya festival ini merk Cibaduyut naik kelas kembali dan sentra Cibaduyut jadi tujuan wisata di mana wisatawan singgah ke Cibaduyut,” katanya.

Selain itu, bekerja mirip bersama dengan puskesmas, kini perajin juga diberikan sarana pengecekan kesegaran gratis lewat Pos UKK (unit kesegaran kerja) bagi pengrajin Cibaduyut.

“Para petugas jemput bola segera singgah ke para perajin melaksanakan pengecekan kesehatan,” ujarnya.

Kini, untuk memperkuat soliditas dan kolaborasi antara para perajin di Cibaduyut, Ina menggagas dibentuknya forum sepatu Cibaduyut.

“Kita wujudkan forumnya agar semua bisa berkolaborasi menjadikan sentra sepatu cibaduyut jadi makin maju,” katanya.***(amd).

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed