Optimalkan Pelayanan Kesehatan, Pemkot Bandung Targetkan Seluruh Puskesmas Sedia Apoteker

Bandung Raya1085 Dilihat

Kota Bandung – Pemeritah Kota Bandung tengah lberusaha agar semua Puskesmas di Kota Bandung punya apoteker. Sebab, peran apoteker dinilai terlampau penting di dalam layanan kesehatan di masyarakat.

Dari 81 Puskesmas yang tersedia di Kota Bandung, ada sebanyak 62 puskesmas udah punya tenaga kebugaran apoteker.

“Dari 81 puskesmas di Kota Bandung itu tersedia 62 puskesmas yang punya tenaga kesehatan apotek. Mudah-mudahan dapat dibantu pengadaan sisanya di 19 puskesmas lagi,” ujar Wali Kota Bandung.

Menurut Yana, dengan Kedatangan apoteker di semua puskesmas Kota Bandung dapat memberi tambahan keperluan obat yang tepat bagi masyarakat.

“Apoteker dapat memberi tambahan obat yang baik serta tepat untuk masyarakat. Fungsi itu hanya dapat dilaksanakan oleh para apoteker,” tuturnya.

Yana juga mengupas peran penting lain dari apoteker di dalam pengendalian pandemi Covid-19 di Kota Bandung. Meskipun tersedia varian yang baru, tapi semua angka tunjukkan pandemi Covid-19 terlampau terkendali.

“Mudah-mudahan sistem vaksin yang kita jalankan dengan ini dapat merampungkan pandemi Covid-19 di Kota Bandung,” harapnya.

“Melalui konsolidasi ini, semoga IAI dapat sebabkan program yang tidak saja memberi tambahan manfaat untuk organisasinya, tapi juga penduduk bangsa dan negara,”ujarnya.

Disamping itu, Direktur Operasional dan Pengembangan Halodoc Satrio Pramudono menjelaskan, teknologi dapat tingkatkan daya saing para apoteker di dalam digitalisasi farmasi.

“Kita bukan hanya berbicara automasi, tapi membangun ekosistem secara utuh agar sarana teknologi dapat dinikmati secara utuh layaknya sarana offline. Misal janji temu, sarana chat dokter sama toko kesehatan,” jelasnya.

Tetapi, menurut Satrio pemanfaatan teknologi bakal tetap sia-sia kalau kreativitas berikut tidak dapat dengan ringan dinikmati penduduk luas. Sebab inovasi adalah kreativitas yang perlu dapat memberi tambahan pengaruh secara utuh.

“Kita hanya perlu fokus untuk membangun ekosistem kesehatan yang digital yang bisa memberi tambahan pengalaman mudah, nyaman, dan seamless,” papar Satrio.

Katanya, sangat terrasa di masa digital ini, penduduk udah merasa masuk ke tempat kuratif dan preventif.

Biasanya akses ke tempat tinggal sakit perlu selagi yang relatif lama, tapi bagi penduduk yang belum sempat dapat pergi ke RS, kini hanya tidak cukup dari dua menit sudah dapat terhubung dengan dokter.

“Keperluan obat, biasanya kita menunggu dapat lebih dari 1/2 jam. Sekarang tinggal pesan dari rumah, menunggu obat sampai,” tuturnya.

Meski kini sarana kesehatan udah masuk di dalam dunia digital, tapi ia menegaskan, teknologi tidak bakal dulu menukar layanan sarana kesehatan. Teknologi hanya berguna sebagai jembatan.

“Ada daya saing lewat sarana informasi yang jadi keperluan di masyarakat. Dengan sistem resep elektronil, semua dapat lebih terkontrol dan menghindari human error,” katanya.

Ia berharap, dengan melibatkan teknologi, para tenaga kebugaran terhitung apoteker dapat terkoneksi sebanyak apapun dengan sarana kebugaran se-Indonesia.

Menurut information yang disampaikan Satrio, kebanyakan obat yang tersedia di apotek itu 1.500-2000 item. Padahal, faktanya kuantitas obat yang beredar di semua apotek se-Indonesia dapat puluhan ribu.

Sehingga perlu ada kolaborasi antar sarana kesehatan itu untuk mempermudah layanan kebugaran masyarakat.

“Akan terlampau sukar saru sarana kebugaran dapat mempunyai puluhan ribu obat, agar kita perlu mengonsolidasikan semuanya,” ujarnya.

Ia terhitung berkomitmen, meski udah jalankan penyedia sarana kesehatan tersebut berbasis teknologi, tapi tetap perlu mendengar keperluan pengguna untuk tambah memberi tambahan kemudahan pada masyarakat.***(amd).

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *