Kota Bandung – Jika umumnya sebuah kelompok musik menghadirkan karya murni untuk menghibur penggemarnya, sedikit berbeda dengan grup band bernama Methosa.
Methosa hadir bukan sekedar sebuah grup band yang mengajak pecinta musik larut dalam alunan karya mereka, tetapi juga mengajak siapapun untuk bangun dan memperhatikan seluruh peristiwa yang terjadi disekitarnya.
Methosa menurut sang vokalis bernama Mansen Munthe merupakan grup band yang selalu membahas isu keseharian, seperti isu pengangguran, sosial ekonomi,lingkungan, hingga sosial politik.
Baca juga: Bersama Prabowo, Dedi Mulyadi Tempati Urutan Teratas Calon Presiden Hasil Survei Indikator
Dalam perjalanan mereka yang khas dengan istilah “Wisata Orang Waras” di Bandung, Sabtu (8/11/2025), Methosa kembali mempertemukan musik, seni, dan kesadaran sosial dengan tema #bandungawaras.
“Setelah sebelumnya kami lakukan di Surabaya, kemudian Yogyakarta, kali ini Bandung menjadi kota ketiga untuk Wisata Orang Waras 2025 ini,” kata Mansen dalam koferensi pers di Armor Genuine Urban Forest, Kota Bandung, Sabtu (8/11/2025).
Di setiap kota, Methosa selalu menghadirkan narasumber berbeda yang mereka sebut Methozen. Narasumber inilah yang akan membedah persoalan sosial di kota tujuan dalam sesi diskusi.
Baca juga: Kapolri Sebut Jawa Barat Optimis Siap Hadapi Ancaman Bencana
Dalam kesempatan di Bandung, mereka menghadirkan narasumber dari Walhi Jabar, Seniman, budayawan, serta aktivis lingkungan.
Mansen menjelaskan, latar belakang digelarnya Wisata Orang Waras serta band-nya yang selalu mengangkat isu sosial karena dirinya merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki keresahan akan kondisi sosial saat ini.
Di album pertama kami yang berjudul Kausa Nusantara ada 11 lagu yang kami keluarkan, 11 isu yang kami bahas. Setelah itu kami masuk ke “Bangun Orang Waras”,” ungkapnya.
Baca juga: Pimpin Apel Ojol Kamtibmas di Bandung, Kapolri: Ojol Jadi Elemen Penting Tumbuhkan Perekonomian
Perjalanan tersebut, lanjut Mansen menjadi awal nama band Methosa mulai menjadi perbincangan banyak kalangan, hingga akirnya muncul gagasan Wisata Orang Waras.
Hasil diskusi di Wisata Orang Waras, kata Mansen, akan ia dan rekannya suarakan melalui jalur musik. Tak hanya itu, hasil diskusi juga dikembalikan kepada narasumber untuk dapat ditindaklanjuti di lingkungan dan komunitasnya masing-masing.
“Kami tidak peduli dengan keterkenalan, yang kami lakukan sekarang adalah turun ke akar rumput, dan itu adalah politisi. Jadi Musik akan kami jadikan alat politik bagi masyarakat, apapun isunya,” tandasnya.
Baca juga: Prabowo Lantik Komisi Percepatan Reformasi Polri, Mahfud MD Gabung di Dalamnya
Hal menarik diceritakan Mansen ketika di Yogyakarta, Methosa membawakan lagu berjudul “Pulanglah”. Lagu tersebut menurutnya diciptakan dari kesaksian Methozen Yogya yang mengakhiri hidupnya setelah menanti janji 19 ribu lapangan pekerjaan yang tak kunjung realisasi.
“Diskusi itu salah satu instrumen yang sangat ditakuti oleh pemerintah. Kami memang melakukan hal-hal yang sangat ditakuti oleh pemerintah, karena kami lebih tinggi kastanya dari pemerintah, kami ini rakyat,” ujar Mansen.
Usai sesi Diskusi, Wisata Orang Waras dilanjutkan dengan konser musik selama 4 jam dengan menghadirkan Methosa sebagai penampil utama, diikuti Totenk yang terkenal dengan karya sastranya, seniman dan budayawan Abah Benny,serta The Summer.***(Heryana)




























