Kabupaten Bandung – Sempat dilanda banjir pada Jumat (24/10/2025), kondisi lingkungan tiga RW di Desa Citeureup, Kecamatan kini tampak normal tanpa genangan. Bahkan aktivitas belajar di SMPN 1 Dayeuhkolot pun sudah kembali berjalan seperti biasa.
Kendati demikian, BPBD Kabupaten Bandung tetap melakukan monotoring kawasan tersebut, mengingat curah hujan tinggi masih berpotensi kembali mengguyur wiayah Bandung Raya.
Kepala pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Wahyudin mengatakan, monitoring dilakukan pihaknya untuk menganalisa penyebab banjir yang terjadi di kawasan tersebut.
Baca juga: Santriwati Korban Longsor Rongga Dimakamkan Hari Ini, BPBD Lakukan Asesmen
“Yang paling signifikan kami monitoring terlebih dahulu kondisi jembatan, karena itu titik terendah, kemungkinan air masuk dari sana,” ungkap Wahyudin saat ditemui di lokasi terdampak, Senin (27/10/2025).
Wilayah terdampak banjir Jumat lalu adalah RW 5, 16, dan 17. Saat ini karena intensitas hujang menurun, maka dipastikan Wahyudin wilayah tersebut tidak dalam kondisi darurat.
Terkait jembatan Pasigaran yang menurutnya menjadi pengamatan utama BPBD Kabupaten Bandung, juga disebutnya memberikan kontribusi terbesar banjir yang terjadi pada Jumat pekan lalu.
Baca juga: Petugas Gabungan Lakukan Razia Lapas Cianjur, Barang Non-Narkotika Dimusnahkan
Saat muka air meninggi, alirannya menurut Wahyudin justru tertahan oleh pembatas berupa pintu yang bisa digeser, yang berada di bagian kiri dan kanan jembatan.
“Kita melihat kondisi jembatan yang kiri kanannya ada pembatas, biasanya saat muka air meningkat itu tertahan di jembatan, kami instruksikan ke PUTR supaya memotong pinggir jembatan,” jelasnya.
Dari pengamatan di lapangan, ia melihat posisi jembatan Pasigaran tersebut terlalu rendah, sehingga air bisa dengan mudah memasuki permukiman yang memang keberadaannya lebih rendah dari sungai.
Baca juga: Tak Hanya Prestasi Akademik, Edukatif Indonesia Bagikan Ragam Kisah Inspiratif Pelajar
Untuk itu, selain memotong pembatas di kiri dan kanan jembatan, ia juga mengaku telah meminta dinas terkait untuk meninggikan jembatan jembatan tersebut.
“Seharusya jembatan itu bisa ditinggikan 1-1,5 meter. Tapi untuk kondisi darurat, sementara bisa dipotong dulu kiri kanan jembatan itu, nanti kita bisa dibongkar pasang,” imbuhnya.
Dari monitoring yang dilakukan, Wahyudin memberikan kesimpulan bahwa banjir di kawasan tersebut akan selalu terjadi jika muka air di atas jembatan Pasigaran meninggi.
Baca juga: Iga Sambal Bakar, Santapan Lezat Pilihan Pas di Musim Hujan
Hal tersebut menurutnya juga dapat dijadikan patokan bagi warga untuk mengantisipasi dan meminimalisasi resiko banjir. Ketika muka air sudah terlihat meninggi, warga diimbau segera meninggalkan rumah menuju titik kumpul.
“Barusan kita diskusi bersama Sekdes dan relawan, kalau muka air mendekati permukaan jembatan supaya diinstruksikan kepada warga untuk meninggalkan dulu rumahnya,” ujarnya.
Jembatan Pasigran menurutnya juga menjadi satu-satunya akses warga di tiga RW tersebut. Untuk itu ia meminta agar warga segera meninggalkan kampung mereka sebelum air meluap melebihi tinggi jembatan.
Baca juga: Sarapan Lontong Kari Bu Sri di Bandung? Memang Paling Benar
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung itu juga menyebut telah menemukan tempat yang cukup ideal di RW 17 untuk dijadikan titik kumpul dan lokasi evakuasi warga.
“Kami harap warga tiga RW segera meninggalkan rumahnya menuju lapangan di depan SMPN 1 Dayeuhkolot. Lapangan itu kita akan jadikan tempat evakuasi sementara,” kata Wahyudin.***(Heryana)































