Kota Cimahi – Momen lebaran atau hari raya Idulfitri bagi kebanyakan orang merasa kurang lengkap rasanya tanpa kehadiran kue lebaran yang menjadi kudapan menemani suasana berkumpul bersama keluarga.
Tingginya antusiasme masyarakat merayakan lebaran dengan menghadirkan kue sebagai hidangan istimewa, menjadi berkah tersendiri bagi para perajin kue, termasuk kue kering aneka jenis dan rasa.
Seperti diakui perajin kue di Kota Cimahi, Tintun Martini yang mulai sibuk sejak memasuki awal Ramadan untuk menyelesaikan pesanan dari para penggemar Tintun’s Cookies, brand miliknya.
Baca juga: Kementerian Agama Pastikan Tunjangan Profesi Guru Agama Cair Sebelum Lebaran
Di rumahnya yang berada di komplek Buciper (Bumi Citeureup Permai), Ciawitali, Kecamatan Cimahi Utara, Tintun mengkreasikan aneka kue yang produksinya meningkat menjelang bulan Ramadan.
Namun, bisnis kuae yang sudah dijalaninya cukup lama itu bukan berarti tak menemukan tantangan. Yang sering dialami adalah ketika peningkatan pesanan dihadapkan pada meningkatnya harga bahan baku.
“Harga wisman (bahan kue kering) tahun lalu Rp645 ribu per kaleng. Pas beli kemarin sudah Rp685 ribu, bahkan terakhir naik lagi jadi Rp725 ribu,” ungkap Tintun, Sabtu (15/3/2025).
Baca juga: Begini Pernyataan Ketua DPRD Kota Cimahi Soal Fenomena “Warung Bunda”
Kenaikan harga kata Tintun, dipengaruhi langkanya bahan baku tersebut, selain karena kualitasnya yang juga dikenal masyarakat membuat kue menjadi bercitarasa premium itu.
Namun ia mengaku bersyukur kelangkaan teratasi setelah mendapatkan bahan lain yang didatangkan dari New Zealand, hanya saja harga yang didapatkan lebih tinggi dari bahan baku sebelumnya.
Kenaikan harga jue terjadi pada bahan baku cokelat. Jika sebelumnya Tintun membeli cokelat seharga Rp140 ribu, kini harus ditebus dengan harga Rp325 ribu. Kesimpulannya, kata Tintun, hampir seluruh bahan baku mengalami kenaikan harga.
Baca juga: MUI Kota Cimahi Angkat Bicara Tanggapi Fenomena “Warung Bunda”
Namun,kondisi demikian tak membuatnya berhenti memenuhi para pelanggan yang tak hanya dari Kota Cimahi, tetapi juga dari beberapa kota lain seperti Jakarta.
Kenaikan harga tak membuat Tintun mengurangi komposisi yang memengaruhi dan mengubah citarasa produknya, meski diakui ia terpaksa harus mengurangi jumlah karyawan.
“Dulu kami punya delapan orang pegawai, tapi sekarang dikurangi. Saya juga sengaja close order lebih cepat supaya bisa lebih santai dan tetap menjaga kualitas,” akunya.
Baca juga: Jelang Operasi Ketupat Lodaya 2025, Polresta Bandung Siapkan Ribuan Personel dan Puluhan Pospam
Mempertahankan kualitas dan citarasa juga menjadi pesan yang diamanatkan para pelanggannya, meski dengan terpaksa produsen menaikan harga hingga Rp10.000 per toples kue.
“Kenaikan itu memang tidak sebanding dengan kenaikan harga bahan baku. Tapi, pelanggan saya lebih memilih harga naik daripada rasa yang berubah,” jelasnya.
Beberapa jenis kue khas yang tersaji di momen lebaran diproduksi Tintun, namun jenis kastengel dan nastar diakuinya masih menjadi paling favorit pelanggan yang setiap tahun memesannya.***(Heryana)