Penggunaan Istilah ‘Paeh’ Saat Debat Pilwalkot yang Masih menghangat

Kota Bandung – Memasuki masa tenang menjelang Pilkada 2024, masyarakat dan jagat maya masih diramaikan dengan perbincangan dan komentar terkait kegiatan debat kedua (terakhir) Pilwalkot Bandung.

Ada satu momen menarik pada debat yang berlangsung di The Trans Luxury Hotel, Selasa (19/11/2024) itu dan menjadi perbincangan warganet hingga saat ini.

Ungkapan kata “paeh” yang dilontarkan calon wakil wali kota Bandung Erwin masih menjadi topik yang cukup hangat di media sosial dan perbincangan warga Bandung.

Baca juga: Perkuat Sinergitas Bersama Insan Pers, Bawaslu Kota Cimahi Gelar Media Gathering

Saat itu Erwin menyampaikan paparannya tentang prosedur Universal Health Coverage (UHC), setelah sebelumnya menjadi poin yang ia tanyakan kepada tiga calon wakil wali kota kompetitornya.

Jawaban Arif wijaya dari paslon 1, Dhani Wirianata dar paslon 2, dan Yena Iskandar Masoem dari paslon 4 tentang UHC ditanggapi kembali oleh Erwin.

Erwin menjelaskan jika proses UHC dimulai dari puskesmas terlebih dahulu, setelah divalidasi Dinkes maka munculah UHC yang dimaksud.

Baca juga: Persib Bandung Taklukan Borneo FC 1-0, Kevin Mendoza Tampil Gemilang

“Kedua, kalau sudah mau paeh (meninggal), kalau sudah mau paeh (meninggal), sudah gawat darurat, tinggal dibawa ke IGD,” paparnya.

Kata “Paeh” yang dalam bahasa Sunda berarti mati itulah yang menjadi isu menarik dari setiap perbincangan masyarakat dalam berbagai kesempatan serta kolom komentar warganet.

Kata “paeh” umumnya digunakan untuk makhluk selain manusia. Pasalnya, kata tersebut memang bermakna mati, namun merupakan ungkapan kasar jika digunakan pada kalimat dengan objek manusia.

Baca juga: IJTI Korda Bandung Ingatkan Pers Waspadai Penyebaran Hoaks

Kalimat Anggota DPRD Kota Bandung dalam debat tersebut ternyata juga menarik perhatian salah seorang seniman dan budayawan Suda Taufik Faturohman.

Melalui unggahannya di akun media sosial TikTok, Taufik menyebut Erwin tak paham menggunakan istilah “paeh” yang menurutnya digunakan untuk menunjukan objek binatang.

“Calon wakil wali kota Bandung teu apaleun kecap ‘paeh’ mah keur sato. (Calon wakil wali kota Bandung tisak tahu kata ‘paeh’ itu untuk binatang),” ujarnya.

Baca juga: Polres Cimahi Bekuk Tiga Pelaku Pembuat dan Pengedar Uang Palsu

Seperti menyayangkan dengan ucapan Erwin saat debat, Taufik menyebut beberapa diksi atau istilah lainnya yang ebih soan dalam bahasa Sunda untuk menunjukan arti “meninggal” pada manusia.

Sejumlah warganet juga menyayangkan peristiwa itu. Beberapa diantaranya bahkan mengungkapkan rasa kasihan dengan pasangan Erwin yaitu Muhammad Farhan.

“Karunya kang Farhan ieu mah. (Kasihan Om Farhan ini),” tulisan akun @sodik13store.

Baca juga: Paslon ‘Alus Pisan’ Ajak OPD Kabupaten Bandung Tak Takut Pilih Paslon Nomor Urut 1

“Kasundaanna dipertanyakeun, karunya om Farhan. (Kesudaannya diertanyakan, kasihan om Farhan),” tulis @dede.cs

Akun lain menulis komentar bernada kekecewaan, seperti @asepwidodo yang seolah menganggap ungkapan Erwin merendahkan masyarakat kecil.

“duh ari ka masyarakat kecil mah paeh, geus euweuh hargana pisan. (Duh kalau untuk masyarakat kecil paeh, tak ada harganya),” tulisnya.***(Heryana)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *