Mengungkap Makna Filosofis Dibalik Perayaan Imlek di Kota Bandung

Bandung Raya540 Dilihat

Kota Bandung – Suasana kemeriahan tahun baru Imlek sudah mulai terasa di Kota Bandung. Sejumlah tempat seperti pertokoan dan vihara tampil semarak dengan ornamen khas berwarna merah. Dalam hitungan warga Tionghoa, Imlek kali ini jatuh pada Minggu 22 Januari 2023.

Di Kota Bandung sendiri terdapat sebuah vihara yang selalu ramai pengunjung saat Imlek tiba. Namanya Vihara Tanda Bakti yang berada di jalan Vihara.

Seperti yang diceritakan Pembina Vihara Tanda Bakti, Tan Tjong Boe, berbagai persiapan seperti membersihkan seisi Vihara kerap dilakukan menjelang perayaan Imlek. Warga Tionghoa juga menurutnya, selalu menyiapkan berbagai hal untuk menyambut kehadiran keluarga.

“Patung-patung dibersihkan, dibarukan lagi. Karena Imlek itu tahun yang baru, segalanya baru, rezeki dan berkahnya juga baru,” ucap Tan.

Dalam rangkaian doanya ada Imlek tahun ini, ia berharap agar seluruh cita-cita bisa tercapai.

Banyak hal yang diceritakan Tan menyangkut berbagai hal unik yang selalu ada dalam momen Imlek. Salah satunya adalah dodol Imlek yang sebagian juga menyebutnya kue keranjang. Menurut Tan, kudapan kenyal nan manis itu memiliki makna filosofis yang cukup dalam.

“Kue keranjang itu lengket. Manisnya luar biasa, bentuk selalu bulat, dan tahan lama. Bentuknya bulat itu bermakna bahwa kita harus bulat dalam tekad dan segala niat. Kemudian, sifat lengket kue keranjang bermakna tidak terlepas, keberkahan bisa terus melekat selamanya. Terakhir rasa manis, itu punya makna tahun baru selalu dihadirkan hal-hal yang baik,” bebernya.

Keunikan lain yang Tan ceritakan adalah barongsai atau liong. Ikon Imlek yang satu ini menurutnya, memiliki filosofi sebagai lambang keberkahan.

“Di dahi barongsai itu ada tulisan Mandarin yang memiliki arti raja. Artinya, kalau didatangi raja itu ada keberkahannya, masalah sesulit apapun bisa diselesaikan. Maka kehadiran barongsai pun diharapkan seperti itu,” sambungnya.

Satu lagi, Tan menceritakan hal yang tak kalah populer dalam perayaan Imlek, yakni Angpao. Menurut Tan, Angpao terdiri dari dua kata, yaitu “Ang” yang berarti merah, sedangkan “Pao” yang berarti bungkus. Maka angpao identik dengan bungkus (amplop) berwarna merah.

Seperti diketahui, angpao merupakan amplop berwarna merah berisi uang. Biasanya angpao ini dibagikan kepada sanak saudara saat perayaan Imlek.

“Maknanya dari angpao ini adalah sesuatu hal yang berkah, rezeki yang baik, dan kebahagiaan,” jelasnya lagi.

Dikatakan Tan, Vihara Tanda Bakti dipersiapkan untuk menggelar rangkaian ibadah yang akan dilaksanakan berbagai golongan usia, termasuk generasi muda yang secara langsung dilibatkan agar dapat mewarisi dan tercipta regenerasi.

Dalam pelaksanaan ibadah nanti, protokol kesehatan (prokes) disebut Tan masih menjadi perhatian pihaknya. Ia berharap para jamaah tetap turut menjaga prokes.

“Semoga kita bisa berkarya dan lebih baik dari tahun sebelumnya, berkolaborasi membantu banyak banyak orang yang membutuhkan. Baik dengan yang seiman ataupun tidak, kita terus doakan,” imbuhnya.

Kegiatan lain yang dilaksanakan di Vihara saat Imlek adalah aksi sosial. Sebagai warga keturunan, Tan mengaku memiliki kewajiban membantu dan menjaga toleransi antar agama, antar suku, dan antar golongan.

“Kita wujudkan dengan kampung toleransi yang isinya sangat kompleks secara agama, suku, dan ras. Mereka berkegiatan ke arah sosial untuk membantu yang membutuhkan dan tanggap darurat bencana,” ujarnya.

Sementara itu, seorang Warga Tionghoa, Veronika Yeane Yosef memandang toleransi beragama di kota Bandung sangat tinggi. Ia mencontohkan adanya kampung toleransi di kecamatan Andir yang diresmikan Oded M Danial (alm.) beberapa waktu lalu.

“Kecamatan Andir adalah titik kelima sebagai kampung toleransi dan ada prasastinya. Kampung kami sudah diresmikan langsung oleh almarhum Mang Oded (Oded M. Danial). Wali Kota Yana Mulyana juga akan meresmikan prasasti yang ada di halaman Vihara Tanda Bakti,” terangnya.

Veronika berharap jumlah kampung toleransi di kota Bandung semakin banyak dengan tujuan agar tercipta kerukunan antar umat beragama, saling tolong menolong dan tidak mudah terprovokasi.***(amd).

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *