Hari Guru Nasional, Guru Harus Melek Digitalisasi di Era 4.0

Bandung Raya746 Dilihat

Kota Bandung – Zaman tetap berubah, peserta didik pun berubah tetap menerus tiap-tiap tahunnya. Sementara guru, tetap menetap dan membimbing generasi yang baru.

Di Hari Guru Nasional pada 25 November 2022, Ketua PGRI Kota Bandung, Cucu Saputra menyampaikan, sehingga para guru tak cuma transfer of knowledge. Namun, terhitung mampu membangun ikatan emosional bersama peserta didik dan menanam karakter pada mereka.

“Mendidik bukan cuma transfer of knowledge. Tapi bagaimana cara membangun emosional bersama peserta didik dan menanam karakter ada anak didik kita,” ujar Cucu.

Sebab, tiap-tiap anak miliki kodrat alam dan zamannya. Dengan segala perbedaannya, guru wajib bersikap inklusif. Terlebih kodrat zaman di jaman 4.0 ini, guru wajib mampu beradaptasi.

“Belajar tak cuma dilakukan oleh para siswa, tapi terhitung guru. Sebab guru wajib mereformasi diri, membekali diri bersama menjadi seorang pelajar,” ucapnya.

Filosofi dari Ki Hajar Dewantara: Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa dan Tut wuri handayani menjadi landasan yang patut ditanam dan ditumbuhkan di dalam diri guru.

“Arti dari filosofi itu adalah di depan berikan teladan, di tengah membangun kemauan, dan di belakang berikan impuls bagi anak didiknya,” jelasnya.

Apalagi guru udah miliki payung hukumnya sendiri, UU Nomor 14 tahun 2015. Ada empat kompetensi guru yang dipaparkan di sana.

Namun, bagi Cucu, kompetensi berikut bukan cuma mengenai profesional, tapi jauh lebih penting adalah mengenai kompetensi sosial dan kepribadian.

“Guru mampu beradaptasi bersama perubahan dan menangkap fenomena perubahan zaman, sehingga guru miliki peran bagi anak-anak kami menjadi kompas kehidupan bagi anak didik kita,” paparnya.

Sososk guru miliki peran penting di dalam hidupnya. Tumbuh tanpa seorang ibu memicu Cucu merasakan guru sebagai pengganti sosok orang tua di dalam perjalanan hidupnya.

Guru bukan cuma mengajarkan pengetahuan pengetahuan, tapi membangun emosi yang kuat pada dirinya bersama para gurunya.

“Mereka benar benar memberikan impuls dan sekaligus menjaga saya. Ini yang melatarbelakangi saya pilih jalannya sebagai seorang guru,” ceritanya.

Selama 32 tahun udah ia menjadi guru Kimia di salah satu SMA negeri Bandung. Hingga April 2022, ia resmi purna tugas.

“Saya terinspirasi oleh guru-guru hebat kala saya bersekolah. Sehingga saya miliki impuls bagaimana sehingga saya mampu seperti mereka dan melanjutkan perjuangannya,” ungkapnya.

Selama menjadi guru, disaat ia bersama murid-muridnya menjadi senantiasa menggembirakan dan berenergi.

“Ketika saya berada di kelas, kelas itu menjadi panggung yang penuh kehormatan untuk saya. Kita mampu nengelaborasi bermacam pengetahuan pengetahuan,” akunya.

Meski ia akui, dinamika itu senantiasa ada di pada guru dan murid. Namun, cara pandang pendidikan wajib senantiasa holistik.

“Sebab pendidikan itu tempat persemaian benih-benih kebudayaan,” tuturnya.

Di peringatan Hari Guru Nasional yang terhitung bertepatan bersama Hari PGRI, ia menilai, suasana pendidikan di Kota Bandung udah miliki catatan baik, lebih-lebih pada aksesibilitas masyarakat untuk mendapat sarana pendidikan dasar.

“Terukur dari keberpihakan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung pada masyarakat tidak cukup mampu untuk memperoleh sarana pendidikan. Melalui bentuk kemudahan untuk mampu bersekolah di sekolah negeri. Begitupun yang masuk swasta terhitung dapat dukungan biayanya oleh Pemkot Bandung,” katanya.

Ia terhitung mengapresiasi Pemkot Bandung yang udah meninggikan derajat para tenaga pendidik lewat program Nyaah ka Guru.

“Bagi guru-guru yang statusnya masih belum PNS sekarang udah mendapat peluang untuk menjadi PPPK. Meski sesungguhnya wajib sistem tapi Pemkot Bandung udah memberikan kesejahteraan bagi guru-guru honorer. Tidak boleh ada guru-guru honorer yang belum terakomodasi di PPPK memperoleh pemutusan kerja,” imbuhnya.***(amd).

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *