Kota Bandung – Sekitar 100 remaja mahasiswa dan umum se-Kota Bandung siap menyebarkan edukasi komprehensif mengenai HIV/AIDS. Mereka baru saja mengikuti Pertemuan Sosialisasi HIV/AIDS bagi remaja mahasiswa dan umum di Auditorium Balai Kota, Selasa 25 Oktober 2022.
Untuk diketahui, acara ini merupakan kolaborasi antara Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung bekerjasama dengan Setda Kota Bandung.
Sosialisasi ini menyasar 100 remaja yang terdiri berasal dari mahasiswa, pelajar, dan remaja umum di kewilayahan. Dalam sosialisasi itu, dipaparkan sejumlah materi basic seputar HIV/AIDS oleh dr. Ronald Jonathan selaku dokter ahli di dalam penanggulangan HIV/AIDS.
“Kegiatan ini membuat kami menjadi mengetahui lebih banyak seputar HIV/AIDS,” ujar Adam Firmansyah, Mahasiswa Stikes Dharma Husada Kota Bandung sehabis mengikuti seminar.
Hal senada juga disampaikan Riza Nurhaliza. Kedua mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat di Stikes Dharma Husada Kota Bandung ini mengaku siap menyebarkan edukasi mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS di Kota Bandung.
“Stigma dan diskriminasi termasuk mempersulit ODHA untuk berkegiatan. Kegiatan ini membuka mata saya, ternyata penularan HIV/AIDS itu asalnya bukan berasal dari interaksi sosial. Namun interaksi seksual dan darah,” ujar Riza menambahkan.
Sementara itu, Kepala Sekretariat KPA Kota Bandung Sis Silvia Dewi menyebut, aktivitas ini merupakan upaya KPA Kota Bandung dengan Pemkot Bandung di dalam menahan penularan HIV/AIDS.
Seperti diketahui, kasus akumulatif HIV/AIDS di Kota Bandung sepanjang 1991 sampai 2021 mencatatkan angka 5.842. Lebih berasal dari 40 prosen kasus ini menimpa kalangan produktif, yaitu usia 20-29 tahun.
“Maka dari itu, kami melakukan sosialisasi pencegahan penularan sejak dini,” ujar Sis.
Dengan terdapatnya sosialisasi ini, ia menghendaki para peserta mampu menyebarkan edukasi HIV/AIDS ke lingkaran terdekatnya. Lebih jauh lagi, sosialisasi ini diharapkan mampu menekan angka penularan HIV/AIDS di Kota Bandung.
Sis menyebut, sementara ini yang menjadi masalah di dalam isu HIV/AIDS adalah stigma diskriminasi di masyarakat. Menurutnya, hal ini berlangsung gara-gara banyak penduduk yang belum mengetahui HIV/AIDS secara komprehensif.
“Sosialisasi ini punya tujuan sehingga masyarakat, terutama remaja usia dini, lebih memahaminya. Sehingga tidak tersedia terhadap ODHA,” tuturnya.
“Dengan begitu, ODHA tetap mampu berkegiatan, hidup bersama, dan juga menjalani penyembuhan yang menjadi baik satu hal yang mutlak di dalam penularan pencegahan,” imbuhnya.
Sis berharap, penyebaran informasi seputar penanggulangan HIV/AIDS mampu dikerjakan secara maksimal untuk memutus mata rantai diskriminasi tersebut.
Hal senada disampaikan dr. Ronald Jonathan di dalam paparannya. Kata Ronald, penularan HIV/AIDS berlangsung bukan gara-gara interaksi sosial, namun gara-gara interaksi seksual berisiko dan sejumlah aspek lainnya.
“Juga berasal dari pemanfaatan jarum suntik bersamaan, penularan Ibu ke anak melalui sistem kehamilan, melahirkan, dan menyusui,” katanya.
Selain sosialisasi, di dalam rangkaian peringatan Hari Aids Sedunia 1 Desember mendatang, KPA Kota Bandung termasuk menggelar Bandung Creative Content, yang dapat melibatkan 30 Kecamatan yang tersedia di Kota Bandung.***(amd).