Geliatkan Ekonomi Masyarakat, Dekranasda Kolaborasi Wilayah Bandung Raya

Bandung Raya685 Dilihat

Kota Bandung – Produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bandung kian meluaskan pasar mereka sebagai upaya percepatan ekonomi pasca pandemi. Salah satunya lewat kolaborasi yang digagas Dekranasda Kabupaten Bandung Barat (KBB), Sabtu 15 Oktober 2022.

Ketua Dekranasda Kota Bandung, Yunimar Mulyana terlampau menyambut baik kolaborasi ini. Baginya, kolaborasi antar dekranasda terlampau dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Pihak Kabupaten Bandung Barat bekerjasama dengan Hotel Mercure guna menampilkan usaha UMKM seBandung Raya dari KBB, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Cimahi. Produk kami termasuk ada di sini, ada craft, kuliner, dan fesyen,” kata Yunimar.

Ia menjelasakan, semua pemasaran produk UMKM di sini dikelola oleh Tlatah Nusantara, tim pemasaran UMKM yang dibentuk Pemerintah Daerah (Pemda) KBB.

Inovasi pameran di hotel jadi cara baik untuk memperluas pasar para UMKM yang selama ini tetap ada problem didalam memperluas jaringan.

“Ini terlampau menopang pelaku usaha sanggup berpameran. Pemkot Bandung termasuk kerap laksanakan pameran di mal-mal. Sekarang mereka punya peluang lebih luas merambah ke hotel,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Dekranasda KBB, Sonya Fatmala menjelaskan, Tlatah Nusantara merupakan wadah yang dibentuk untuk mengembangkan produk UMKM terlebih di KBB.

“Meski ini forum dari KBB, tapi untuk sanggup berhasil kami tidak sanggup sendirian. Maka kami termasuk berkolaborasi bersama empat wilayah salah satunya Dekranasda Kota Bandung,” tutur Sonya.

Ia berharap, cara ini semoga sanggup jadi salah satu upaya untuk mengembangkan ekonomi di KBB.

Menanggapi perihal tersebut, Ketua Dekranasda Provinsi Jabar, Atalia Praratya mengaku memerlukan suntikan stimulus muda seperti ini untuk menciptakan gagasan baru. Sehingga sanggup jadi jembatan untuk mengakses ruang kreativitas para UMKM.

“Kita sempat alami distrupsi yang luar biasa. Para pelaku UMKM bingung bagaimana cara untuk menggeliatkan diri kembali. Mudah-mudahan jadi banyak ruang kreatif seperti pasar kreatif dan hotel-hotel untuk menguatkan para UMKM,” ungkap Atalia.

Salah satu produk UMKM Kota Bandung yang ikut terlibat adalah Hasan Batik. Staf pengrajin Hasan Batik Bandung, Syifa memaparkan, produk tersebut merupakan batik colet.

“Prosesnya dicap dulu menggunakan lilin. Setelah itu dicelup muda agar kainnya berwarna. Ditambah kembali cap bersama lilin untuk layer keduanya. Baru sesudah itu dicolet atau dilukis,” papar Syifa.

“Lalu, batik yang sudah selesai dicolet, ditutup kembali menggunakan lilin agar warnanya terlindungi. Setelah itu dicelup kembali agar lebih pekat warna kainnya. Lalu, lilinnya dibersihkan agar yang muncul adalah warna asli dari hasil colet,” imbuhnya.

Ia mengaku, semasa pandemi, pesanan batik jadi berkurang.

“Ada yang pesan baju, sarung bantal, taplak meja, dan hiasan dinding. Kalau membuat sarung bantal sanggup jadi sehari,” katanya.

Senada bersama Syifa, Owner Bonami, Thesa menceritakan caranya untuk selamanya bangkit sesudah pandemi.

Produk yang ia membuat adalah craft handmade berwujud aksesories dan home decore bersama bahan dari kawat, batu alam, serta ada tali dan kulit juga.

“Sekarang saya kembali membuat hiasan dinding balon udara, hanya belum beres menggunakan tapestri,” memahami Thesa.

Dalam memicu produk handmade, ia mengaku terlampau tergantung bersama mood. Satu pcs home decore sanggup jadi 2-3 hari.

“Kalau kecil-kecil itu sanggup jadi banyak didalam sehari,” ujarnya.

Selama ini ia berjualan di instagram atau ikut pameran di mal-mal lewat Dekranasda Kota Bandung.

Semasa pancemi Covid-19, didalam sebulan minimal ia beroleh Rp1 juta. Itupun tanpa promosi dikarenakan sepenuhnya ia kerjakan sendiri.

“UMKM itu susahnya di pemasaran, apalagi area untuk jualannya. Kalau mal ke mal itu mahal banget. Makanya saya dan teman-teman itu nyewa satu booth dipakai untuk 10 orang,” ungkapnya.

Ia mulai terlampau terbantu bersama terdapatnya kolaborasi Dekranasda ini. Sebab, ia jadi lebih fokus mengurus produksi.

“Kalau ada media seperti ini lebih menyenangkan, pasarnya lebih jelas. Bersyukur banget terkecuali ada area yang mau menampung,” katanya.

“Di sini kami hanya taruh barang, tim Tlatah yang pemasarannya, agar kami fokus untuk produksinya,” imbuhnya.***(amd).

Jangan Lewatkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *