Kota Cimahi – Banyak yang tidak mengetahui bahwa Kota Cimahi menjadi salah satu wilayah tempat tentara sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) menginjakkan kaki mereka kembali ke Indonesia pada September 1945.
Tujuan tentara sekutu dan NICA, tak lain adalah merebut kembali kemerdekaan yang telah dikumandangkan proklamator Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta pada 17 Agustus 1945.
Di Cimahi, kedatangan sekutu dan NICA ternyata mendapatkan perlawanan sengit dari para pejuang, sehingga terjadilah sebuah pertempuran dahsyat yang dikenal dengan pertempuran empat hari empat malam.
Baca juga: Hanya Tiga Jam 10 Ton Beras Ludes Terjual Lewat Gerakan Pangan Murah Polsek Majalaya
Kisah tersebut ditulis oleh Mayor CHB SM Arief dalam bukunya yang berjudul “Prahara Cimahi”. Kabar baiknya, buku tersebut kemudian mengilhami dibuatnya film “Kompi Daeng”yang disutradarai Dede Syarif.
Terdapat cerita menarik ketika Ketua DPRD Kota Cimahi Wahyu Widyatmoko yang ternyata menjadi salah satu pemain dalam film Kompi Daeng. Ia berperan sebagai tokoh agama dalam film yang sarat nilai sejarah itu.
Ditemui saat peluncuran film Kompi Daeng di Cimahi Techno Park, Selasa (19/8/2025), Wahyu Widyatmoko menceritakan pengalaman tak biasanya berakting untuk sebuah karakter dalam film tersebut.
Baca juga: Erick Thohir Hadiri Rapat Kerja Komisi XI DPR RI Bahas Roadmap Investasi Danantara
“Sebelumnya ada audiensi dulu dari Pak Dede Syarif (sutradara) dan kawan-kawan, mereka merencanakan membuat film ini sambil memberikan bukunya berjudul “Prahara Cimahi”,” ungkapnya.
Buku tersebut, kata Wahyu, membuatnya tertarik untuk membaca meski tak secara keseluruhan. Dari kisahyang disajikan penulis, Wahyu mengetahui jika ada peristiwa sejarah di Kota Cimahi yang sejak dulu dikenal sebagai basis tentara.
Ia mengaku, dari buku tersebut juga akhirnya mengetahui bahwa trdapat tokh pejuang Ciamhi yang begitu gigih melawan penjajahan, termasuk Kyai Usman Domiri yang menjadi pahlawan nasional, serta tokoh tentara Daeng Ardiwinata yang menjadi penggerak perjuangan saat itu.
Baca juga: Sri Mulyani Tegaskan Video Pernyataan Guru Beban Negara Adalah Hoaks
“Saya coba baca walaupun tidak semuanya, tapi ternyata memang luar biasa, kisah nyata perjuangan pahlawan kita yang berada di wiayah Cimahi dan sekitarnya. Sehingga ketika ada tawaran (main film) itu saya ok saja dengan senang hati,” katanya.
Menjadi seorang aktor memang menjadi hal pertama yang ia alai saat menyanggpi bermain dalam film Kompi Daeng. Namun
ketertarikannya atas sejarah yang ia baca membuat politisi PKS itu berusaha tampil maksimal.
Baca juga: Launching Film Sejarah “Kompi Daeng”, Wakil WaliKota: Embrio Cimahi dari Kebhinekaan
Diceritakan Wahyu, naskah skenario bari dirinya terima di hari yang sama saat ia mendatangi lokasi syuting untuk kali pertama Hal itu membuat dirinya memerlukan aktu beberapa jam untuk menghafal naskah, sekaligus beradaptasi dengan suasana syuting film.
“Jujur saja itu baru pertama kali saya melakukan akting atau main film. Baca naskahnya juga berkali-kali dan banyak salahnya juga. Tapi alhamdulillah pas syutingnya itu dilancarkan,” kisahnya.
Disinggung terkait kesulitan yang dialami saat melakukan proses syuting, ia menyebut bahwa menghafalan naskah menjadi hal paling utama pada film sejarah seperti yang dimainkannya itu.
Baca juga: Ini Alasan dan Tujuan Dedi Mulyadi Ubah Halaman Gedung Sate Tahun Depan
Hal tersebut berbeda dengan melakukan adegan atau syuting untuk film bergenre komedi yang bisa dengan cukup bebas melakukan improvisasi dan mengekpresikan setiap adegan.
“Di film perjuangan sesuai dengan naskah, sehingga kita harus benar-benar menghafal dan menjiwai sekali. Kalau tidak, hasilnya tidak akan maksimal,” tuturnya.
Sebagai etua DPRd yang juga tokoh masyarakat di Kota Cimahi, Wahyu Widyatmoko mengapresiasi dilucurkannya film yang sarat nilai sejarah perjuangan bangsa empertahankan kemerdekaan.
Baca juga: Pemprov Jawa Barat Beberkan Sejumlah Capaian Positif di Usia 80 Tahun
Ia berharap film tersebut dapat disakskan seuruh warga kota, terutama para pelajar, untuk menambah wawasan dan pengetahunan sejarah, sekaligus menaamkan rasa bangga akan Koa Ciamhi yang melahirkan banyak pahlawan sejati.***(Heryana)