Kota Bandung – Harga telur dipasaran dilaporkan terus mengalami kenaikan. Kenaikan terjadi dan dirasakan masyarakat bahkan sejakenjelan idul fitri lalu. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) kota Bandung, Gin Gin Ginanjar menyampaikan hal tersebut kepada Warga Pajajaran, Jumat (26/8/2022).
“Kenaikan yang sekarang memang cukup signifikan. Saat ini hampir di seluruh pasar di kota Bandung menjual telur dengan harga Rp 31.000 – Rp 32.000 per kilogram. Kenaikan ini. Mulai terasa sejak menjelang lebaran yang waktu itu harganya Rp 23.000 per kilonya”, ungkap Gin Gin.
Diantara sekian banyak hal yang menjadi penyebab naiknya harga telur ayam di pasaran, GinGin memyebut harga pakan yang tinggi menjadi penyebab paling dominan.
“Banyak faktor menjadi penyebab naiknya harga telur seperti permintaan Yang tinggi sejak lebaran, biaya transportasi, adanya ayam muda yang dipotong karena permintaan juga, dan kenaikan harga pakan ini yang paling sensitif”, tuturnya.
Kenaikan harga pakan menurut Gin Gin dipengaruhi meningkatnya harga jagung sebagai bahan utama membuat pakan. Dirinya berharap pemerintah dan perguruan tinggi serta masyarakat dapat memikirkan pakan alternatif. Hal tersebut harap Gin Gin agar tidak selalu mengandalkan pakan pabrikan.
“Kita harus mulai coba kembangkan pkaan alternatif ya supaya tidak semuanya bergantung ke pakan pabrikan. Dengan program buruan sae misalnya kita coba membuat pakan hijauan. Disisi. Lain juga kita lakukan kerjasama dengan perguruan tinggi untuk memikirkan pakan alternatif”, tambah Gin Gin.
Gin Gin menjelaskan, biaya produksi telur didominasi oleh pemenuhan kebutuhan pakan yang mencapai 70 persen dari total biaya produksi. Maka kenaikan harga pakan disebut paling sensitif karena memberi pengaruh signifikan terhadap biaya produksi telur.
Untuk diketahui, konsumsi telur rumah tangga di kota Bandung mencapai 65 ton per hari. Bahkan menurut Gin Gin, jika ditotal dengan kebutuhan industri di kota Bandung jumlahnya bisa mencapai 176 ton per hari. Sementara telur yang dijual di kota Bandung sendiri 70-80 persen berasal dari Brebes dan Jawa Timur, hal ini tentunya berdampak pada tingginya biaya distribusi.***(her).