Kota Bandung – Kota Bandung disebut masih menduduki posisi teratas sebagai daerah dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di Jawa Barat. Predikat tersebut didapat dari data yang dimiliki Dinas Kesaehatan (Dinkes) kota Bandung, yakni sebanyak 5.843 kasus, tercatat sejak tahu 1991.
Lebih terperinci, kalangan ibu rumah tangga menyumbang 11,18 persen dari jumlah total kasus.
Dari jumlah tersebut, 11,18 persennya merupakan kasus HIV/AIDS pada ibu rumah tangga. Data Dinkes juga menunjukkan perkiraan kenaikan kasus baru HIV/AIDS setiap tahunnya pada ibu rumah tangga sekira 40 kasus.
Terkait kondisi tersebut, Ketua Forum Warga Peduli AIDS (WPA) Kota Bandung, Yunimar Mulyana memastikan pihaknya melakukan serangkaian upaya untuk menekan angka kasus HIV/AIDS di kota Bandung. Menurut Yuni, forum yang dipimpinnya gencar melakukan pembinaan melalui program Bina Wilayah kepada kader WPA ditingkat kecamatan, termasuk pembinaan yang dilakukan melalui social media.
“Kegiatan (Bina Wilayah) ini akan kita gelar di Seluruh Kecamatan. Ini menjadi bentuk kolaborasi aktif masyarakat untuk menekan angka Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA),” ujar Yuni.
Pernyataan Yunimar tesebut disampaikan sesuai melakukan sosialisasi Tim Bina Wilayah Pokja pemberdayaan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kecamatan Cinambo, Rancasari, Gedebage Bandung Kidul, di Kantor Kecamatan Cinambo, Selasa (18/10/2022).
Yuni mendorong peran aktif WPA Kecamatan untuk mendata ODHA di wilayah. Upaya lainnya menurut Yuni asalah dengan memberi pemahaman dan komitmen untuk menjalani pengobatan dan tidak menularkannya ke orang lain. Agar kegiatan edukasi yang dimaksud dapat berjalan dengan cepat dan masif, maka keberadaan influencer di disetiap wilayah juga dioptimalkan.
“Biasanya ODHA tidak terbuka. Nah, mudah-mudahan dengan pendekatan cinta dan kasih sayang, mereka bisa terbuka,” imbuhnya.
Pihaknya lanjut Yuni, akan terus mengedukasi warga agar tidak membuat dan menyebarkan stigma negatif atas ODHA. Di sisi lain komunikasi yang baik terus dilakukan demi menekan angka kaus HIV/AIDS di kota Bandung.
“Tak Perlu ada lagi bayi bayi pengidap ODHA, jika ibu-ibu ODHA bisa berkomunikasi dengan WPA. Sehingga kemungkinan untuk ke Puskesmas dan diberikan penanganan,” pungkasnya.***(amd).